Ntvnews.id, Tel Aviv - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu melontarkan kritik tajam terhadap PM Australia Anthony Albanese, yang disebutnya sebagai “politikus lemah” sekaligus menuduhnya mengkhianati Israel. Ucapan keras itu muncul setelah Canberra mengumumkan rencana untuk mengakui negara Palestina.
“Sejarah akan mengingat Albanese sebagaimana adanya: seorang politikus lemah yang mengkhianati Israel dan menelantarkan komunitas Yahudi di Australia,” ujar Netanyahu dalam pernyataan resminya di media sosial, dikutip dari AFP, Rabu, 20 Agustus 2025.
Kemarahan Netanyahu dipicu pengumuman Albanese pekan lalu, bahwa Australia akan mendukung pengakuan negara Palestina di Majelis Umum PBB pada September mendatang. Langkah tersebut mengikuti jejak sejumlah negara Barat lain seperti Prancis, Inggris, dan Kanada.
Baca Juga: Didemo Warga Israel, Ini Respons Netanyahu
Albanese menegaskan keputusan itu didasarkan pada komitmen Otoritas Palestina, termasuk jaminan bahwa Hamas tidak akan dilibatkan dalam pembentukan negara di masa depan.
“Pengakuan ini adalah kontribusi Australia terhadap upaya internasional untuk mendorong solusi dua negara, gencatan senjata di Gaza, serta pembebasan sandera,” ujarnya dalam konferensi pers pada 11 Agustus di Canberra.
Ketegangan Israel–Australia semakin memanas setelah pemerintah Australia membatalkan visa anggota parlemen Israel, Simcha Rothman, yang seharusnya menghadiri acara Asosiasi Yahudi Australia (AJA) pada Senin, 18 Agustus 2025.
Baca Juga: Netanyahu Ucapkan Terima Kasih kepada Trump, Sebut Serangan AS ke Iran sebagai Titik Balik Sejarah
Sebagai balasan, Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar mencabut visa perwakilan Australia untuk Otoritas Palestina dan memerintahkan kedutaan Israel di Canberra untuk meninjau setiap permohonan visa resmi dari pemerintah Australia.
“Keputusan ini diambil menyusul pengakuan Australia atas ‘negara Palestina’ dan penolakan tidak beralasan terhadap sejumlah tokoh Israel,” jelas Saar.
Langkah balasan Israel itu langsung menuai kritik keras dari Menlu Australia Penny Wong, yang menyebut pencabutan visa diplomat sebagai tindakan “berlebihan dan tidak dapat dibenarkan.”
“Di saat diplomasi sangat dibutuhkan, pemerintahan Netanyahu justru mengisolasi Israel dan melemahkan upaya internasional menuju perdamaian serta solusi dua negara,” tegas Wong pada Selasa, 19 Agustus 2025.