Kaji Peran Kopdes Merah Putih dalam Pembangunan PLTS 100 GW

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 15 Agu 2025, 18:05
thumbnail-author
Irene Anggita
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Ilustrasi - Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Ilustrasi - Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). (ANTARA)

Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Koperasi, Budi Arie Setiadi, mengungkapkan bahwa pihaknya sedang mengkaji peran Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan kapasitas 100 gigawatt (GW).

"Itu sedang digodok. Nanti kalau sudah waktunya akan dibicarakan," ujar Budi Arie saat ditemui setelah menghadiri Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR-DPD RI Tahun 2025 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat.

Ia menambahkan bahwa pembangunan PLTS 100 GW ini sangat penting demi ketahanan energi nasional.

Karena itu, ia berharap inisiatif ini dapat mendukung Kopdes Merah Putih dalam memanfaatkan sumber energi baru terbarukan sekaligus memperkuat ketahanan energi di Indonesia.

"Diharapkan desa kan jadi pusat ketahanan energi, terutama renewable energy. Terutama energi matahari atau solar panel," lanjutnya.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa pihaknya tengah merancang konsep besar pembangunan PLTS 100 GW yang akan mendukung ketersediaan listrik bagi Kopdes Merah Putih.

"Ini akan mendorong untuk bagaimana ketersediaan listrik bagi Koperasi Desa Merah Putih," kata Bahlil.

Menurut Bahlil, PLTS tersebut direncanakan dibangun di seluruh desa, sehingga membuka peluang besar bagi pelaku usaha baterai listrik di dalam negeri untuk mengakses pasar yang sangat luas.

"Karena PLTS itu cuma 4 jam pada saat siang hari. Selebihnya harus disimpan lewat baterai. Pada saat malam, baterai yang main. Ini saya lihat bahwa peluang pasar di Indonesia itu cukup besar," tuturnya.

Lebih jauh, Bahlil memaparkan bahwa industri baterai memiliki potensi besar, baik di pasar domestik maupun global, dengan kebutuhan baterai dalam negeri sampai tahun 2034 mencapai 392 gigawatt hour (GWh). Angka ini meliputi kebutuhan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034, kendaraan listrik roda dua dan empat, peluang ekspor listrik, serta program pembangunan PLTS 100 GW.

Sementara itu, potensi pasar internasional baterai kendaraan listrik diperkirakan mencapai 3.500 GWh pada tahun 2030, dengan nilai pasar global sebesar 500 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada periode yang sama.

Sumber: ANTARA

x|close