Profil Goh Cheng Liang, Miliarder Singapura dan Pemilik Cat Nippon Paint yang Meninggal Dunia

Ntvnews.id, Jakarta - Goh Cheng Liang, miliarder Singapura sekaligus pendiri Wuthelam Holdings yang dikenal sebagai produsen cat dan pelapis terkemuka, Nippon Paint meninggal dunia pada 12 Agustus 2025 di usia 98 tahun.

Sosok yang memulai hidup dari kemiskinan ini berhasil membangun kerajaan bisnis yang menguasai pasar cat Asia, bahkan menjadi salah satu orang terkaya di negaranya.

Lahir di Singapura pada 1927, Goh adalah putra pasangan Wu Songchang dan Li Xiuying. Masa kecilnya diwarnai keterbatasan ekonomi. Untuk membantu keluarga, ia sempat menjual jaring ikan dan bekerja sebagai penyadap karet.

Titik balik hidupnya datang setelah Perang Dunia II, ketika ia membeli cat murah dari tentara Inggris dan mengubahnya menjadi produk yang bisa dijual di pasar lokal.

Baca Juga: Bos Nippon Paint Goh Cheng Liang Meninggal Dunia di Usia 98 Tahun

Pada 1955, Goh membuka toko cat pertamanya di Singapura. Keberuntungan berpihak kepadanya saat berhasil menjadi distributor utama Nippon Paint di negara itu pada 1962. Kesuksesan ini menjadi pijakan untuk langkah lebih besar, yakni mendirikan Wuthelam Holdings pada 1974. Awalnya bergerak di bidang properti, Wuthelam kemudian memperluas bisnis ke sektor cat yang menjadi sumber kejayaan keluarga Goh.

Kesuksesan bisnis keluarga semakin menguat pada 2020, ketika putranya, Goh Hup Jin, menuntaskan kesepakatan yang membuat Wuthelam Holdings resmi mengambil alih kendali Nippon Paint. Merger tersebut menambah kekayaan Goh sekitar 3,8 miliar dolar AS. Menurut Forbes, kekayaan bersihnya pada 2024 mencapai 12,7 miliar dolar AS, menjadikannya orang terkaya kedua di Singapura.

Selain bisnis, Goh dikenal melalui kiprah filantropisnya lewat Goh Foundation, yang telah menyalurkan donasi besar untuk berbagai kegiatan amal. Ia meninggalkan seorang putra, Goh Hup Jin, yang sejak Maret 2018 menjabat sebagai ketua Nippon Paint sekaligus memimpin usaha patungan keluarga, Nipsea.

Kepergian Goh Cheng Liang menutup bab panjang perjalanan seorang pengusaha yang mengubah kemiskinan masa kecilnya menjadi kisah sukses mendunia. Warisannya tidak hanya terletak pada perusahaan yang ia bangun, tetapi juga pada sumbangsihnya bagi masyarakat melalui kegiatan amal.