Taktik Israel Keluarkan Klaim Caplok Gaza untuk Terbebas dari Hamas

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 11 Agu 2025, 07:50
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. (ANTARA/Xinhua/am)

Ntvnews.id, Tel Aviv - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa rencananya untuk mengambil alih Gaza bukan bertujuan menjalankan pemerintahan di wilayah tersebut, melainkan untuk membebaskannya dari kendali Hamas.

"Tujuan kami bukan untuk menduduki Gaza, tetapi untuk membentuk pemerintahan sipil di Jalur Gaza yang tidak berafiliasi dengan Hamas atau Otoritas Palestina," kata Netanyahu dalam konferensi pers yang dikutip dari AFP, Senin, 11 Agustus 2025.

Ia juga berkomitmen menyediakan jalur aman bagi penyaluran bantuan.

"Kami akan menetapkan koridor-koridor yang aman untuk perjalanan dan distribusi bantuan di Jalur Gaza," ujarnya.

Baca Juga: Media: Netanyahu Putuskan untuk Menduduki Jalur Gaza Secara Menyeluruh

Langkah ini diambil Netanyahu di tengah agresi militer Israel di Gaza. Rencana untuk mengambil alih kendali penuh atas wilayah tersebut telah mendapat persetujuan dari kabinet keamanan Israel.

Usulan tersebut dimaksudkan untuk menghancurkan Hamas di Jalur Gaza, dengan pasukan Israel bersiap menjalankannya.

"(Pasukan Israel) akan bersiap untuk mengambil alih kendali Kota Gaza sambil mendistribusikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk sipil di luar zona pertempuran," demikian pernyataan dari kantor Netanyahu.

Baca Juga: Netanyahu Beberkan Tekad Israel untuk Gulingkan Rezim Iran

Kabinet keamanan Israel, melalui pemungutan suara mayoritas, menyepakati lima prinsip guna mengakhiri perang: pelucutan senjata Hamas, pemulangan seluruh sandera baik hidup maupun meninggal, demiliterisasi Jalur Gaza, pengendalian keamanan oleh Israel di wilayah tersebut, serta pembentukan pemerintahan sipil alternatif yang tidak terkait Hamas maupun Otoritas Palestina.

Rencana tersebut memicu kecaman internasional. Sejumlah negara, termasuk Indonesia, Inggris, China, dan Turki, menyatakan penolakan tegas terhadap langkah Israel itu.

x|close