NASA Rencanakan Bangun Reaktor Nuklir di Bulan pada 2030

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 6 Agu 2025, 11:47
thumbnail-author
Irene Anggita
Penulis
thumbnail-author
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
Logo NASA di Kennedy Space Center Visitors Complex in Titusville, Florida, Amerika Serikat. Logo NASA di Kennedy Space Center Visitors Complex in Titusville, Florida, Amerika Serikat. (ANTARA)

Ntvnews.id,

 Jakarta - Pejabat sementara yang memimpin badan antariksa Amerika Serikat, NASA, dikabarkan akan mengeluarkan arahan baru dalam waktu dekat terkait rencana pembangunan reaktor nuklir di Bulan yang ditargetkan rampung pada tahun 2030. Langkah ini dinilai sebagai bagian dari strategi untuk memperkuat posisi Amerika dalam eksplorasi luar angkasa, di tengah meningkatnya rivalitas dengan China dan Rusia.

Sebagaimana dilaporkan oleh Politico yang memperoleh salinan dokumen internal, NASA saat ini membuka peluang bagi perusahaan swasta untuk merancang dan membangun reaktor nuklir berkapasitas 100 kilowatt. Reaktor ini dirancang untuk mendukung misi jangka panjang di Bulan, terutama dalam rangka mendukung kegiatan operasional yang melibatkan kru manusia di masa depan.

“Ini tentang memenangkan perlombaan antariksa kedua,” ungkap seorang pejabat senior NASA kepada Politico. Pernyataan tersebut diberikan secara anonim.

Dalam laporan yang sama, disebutkan bahwa NASA telah menginstruksikan agar penunjukan pemimpin program segera dilakukan dan konsultasi dengan pihak industri dimulai dalam kurun waktu 60 hari.

Reaktor nuklir tersebut dijadwalkan akan diluncurkan ke Bulan pada tahun 2030 – bertepatan dengan target China untuk mengirimkan astronot pertamanya ke permukaan Bulan.

Sebelumnya, NASA telah membiayai pengembangan reaktor berukuran lebih kecil dengan kapasitas 40 kilowatt. Namun, rencana terbaru ini memiliki skala yang lebih besar serta jadwal peluncuran yang lebih ambisius.

Dokumen internal itu juga menyampaikan peringatan bahwa negara pertama yang sukses membangun reaktor nuklir di Bulan berpotensi menetapkan zona eksklusif di sekitarnya, yang pada akhirnya bisa membatasi akses bagi negara-negara lain.

Meski begitu, ada kekhawatiran terkait pendanaan proyek ini. Pemerintahan Trump sebelumnya pernah mengusulkan pemotongan besar terhadap anggaran NASA, dari 24,8 miliar dolar AS (sekitar Rp406,3 triliun) menjadi 18,8 miliar dolar AS (sekitar Rp308,2 triliun). Situasi ini memunculkan pertanyaan mengenai dari mana dana untuk proyek reaktor ini akan berasal, serta berapa banyak dana yang masih tersisa untuk mendukung riset-riset antariksa konvensional lainnya.

Sumber: ANTARA

x|close