Ntvnews.id, Taiwan - Situasi di Selat Taiwan kembali memanas pada akhir tahun 2025. Pemerintah Taiwan secara resmi mengerahkan jet tempur F-16V dan armada kapal perangnya ke posisi siaga pada Senin, 29 Desember 2025 lalu.
Langkah ini diambil sebagai respons langsung terhadap latihan militer besar-besaran yang diluncurkan oleh Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Tiongkok yang mengepung pulau tersebut.
Latihan militer China yang diberi tajuk "Justice Mission 2025" (Misi Keadilan 2025) dilaporkan melibatkan koordinasi udara, laut, dan darat yang masif. Berbeda dengan latihan sebelumnya, manuver kali ini berfokus pada simulasi blokade total terhadap pelabuhan-pelabuhan utama Taiwan serta penguasaan ruang udara di sisi timur pulau.
Baca Juga: China Gelar Latihan Perang di Sekitar Taiwan, Begini Respons Trump
Kementerian Pertahanan China menyatakan bahwa latihan ini adalah "peringatan keras" terhadap aktivitas separatis dan pengaruh kekuatan asing yang terus meningkat di wilayah tersebut.
Menanggapi ancaman tersebut, Kementerian Pertahanan Nasional (MND) Taiwan memerintahkan jet tempur F-16V untuk melakukan patroli tempur udara. Selain itu, kapal-kapal rudal kelas Tuo Chiang dikerahkan untuk memantau pergerakan kapal perusak China yang mendekati garis median selat.
"Kami tidak memicu konflik, tetapi kami tidak akan mundur dalam melindungi kedaulatan dan keamanan nasional kami," tegas juru bicara MND Taiwan dalam konferensi pers darurat baru-baru ini.
Baca Juga: China Tegaskan Latihan Militer di Taiwan Sebagai Peringatan Keras untuk Separatis
Latihan militer ini berdampak langsung pada jalur perdagangan internasional. Otoritas penerbangan sipil Taiwan melaporkan adanya perubahan rute dan pembatalan sejumlah penerbangan komersial karena zona latihan tembakan langsung (live-fire).
Sementara itu, para nelayan di pesisir Hualien dan Taitung telah diinstruksikan untuk tetap berada di pelabuhan guna menghindari risiko peluru nyasar. Amerika Serikat dan Jepang menyatakan keprihatinan mendalam atas eskalasi ini.
Hingga berita ini diturunkan, kapal-kapal dari kedua belah pihak dilaporkan berada dalam jarak yang sangat dekat di Selat Taiwan, menciptakan situasi "tanduk macan" yang memicu kekhawatiran akan terjadinya kecelakaan militer yang tidak disengaja.
Dua pesawat tempur China J-11 dan satu pesawat pengebom H-6K berpatroli di wilayah udara antara China daratan dan Taiwan. (Antara)