Eks Perdana Menteri Bangladesh Khaleda Zia Meninggal Dunia

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 30 Des 2025, 15:36
thumbnail-author
Naurah Faticha
Penulis
thumbnail-author
Tim Redaksi
Editor
Bagikan
Arsip - Mantan Perdana Menteri Bangladesh Begum Khaleda Zia. (Anadolu) Arsip - Mantan Perdana Menteri Bangladesh Begum Khaleda Zia. (Anadolu) (Antara)

Ntvnews.id, Washington/Dhaka, Bangladesh - Mantan Perdana Menteri Bangladesh Khaleda Zia meninggal dunia pada usia 80 tahun setelah lama berjuang melawan berbagai penyakit. Kabar duka tersebut diumumkan Partai Nasional Bangladesh (Bangladesh Nationalist Party/BNP) pada Selasa, 30 Desember 2025.

Khaleda Zia merupakan perempuan pertama yang menjabat sebagai perdana menteri Bangladesh. Ia adalah istri dari mendiang Ziaur Rahman, mantan presiden Bangladesh sekaligus pendiri BNP.

Sebelum wafat, kondisi kesehatan Zia terus menurun akibat sejumlah penyakit kronis, antara lain gangguan jantung, diabetes, artritis, sirosis hati, serta masalah pada ginjal.

Sejak Sabtu, 23 November 2025, Zia dirawat di Rumah Sakit Evercare, Dhaka, setelah mengalami gangguan pernapasan. Kondisinya semakin memburuk sehingga pada Rabu, 27 November 2025, ia dipindahkan ke unit perawatan intensif.

Dalam beberapa hari terakhir, Zia bergantung pada alat penopang hidup (life support) dan harus menjalani prosedur dialisis secara rutin. Tim dokter yang merawat menyatakan bahwa kondisi mantan perdana menteri tersebut berada dalam keadaan sangat kritis.

Penasihat Utama Bangladesh Muhammad Yunus menyatakan negaranya kehilangan salah satu tokoh paling berpengaruh.

Baca Juga: PBB Sesalkan PM Bangladesh Hasina Divonis Hukuman Mati

Ketua Partai Nasionalis Bangladesh dan mantan perdana menteri Khaleda Zia. <b>(AP)</b> Ketua Partai Nasionalis Bangladesh dan mantan perdana menteri Khaleda Zia. (AP)

"Saya sangat berduka dan terpukul atas wafatnya beliau," kata Yunus.

Menurut Yunus, Khaleda Zia tidak hanya berperan sebagai pemimpin partai politik, tetapi juga merupakan bagian penting dari perjalanan sejarah Bangladesh.

Pemerintah Bangladesh pada awal tahun ini menetapkan Khaleda Zia sebagai tokoh negara sangat penting (very very important person/VVIP) atas kontribusi, perjuangan politik, serta dukungan publik yang luas terhadap dirinya.

Zia mulai terjun ke panggung politik nasional pada 1982 setelah wafatnya sang suami. Kepemimpinannya disebut berperan besar dalam tumbangnya rezim diktator Presiden Hussain Muhammad Ershad yang berkuasa selama sembilan tahun, ujar Yunus.

"Karena keberhasilannya di dunia politik, Khaleda Zia menjadi korban balas dendam politik yang ekstrem. Ia divonis 17 tahun penjara atas tuduhan palsu yang dibuat-buat dan harus mendekam lama di penjara," kata Yunus.

Ucapan belasungkawa juga disampaikan sejumlah partai politik di Bangladesh, termasuk partai Islam Jamaat-e-Islami, atas wafatnya tokoh senior tersebut.

Menurut BNP, kondisi kesehatan Zia memburuk selama masa penahanannya di bawah pemerintahan Perdana Menteri Sheikh Hasina yang kemudian digulingkan melalui revolusi pada tahun lalu.

Baca Juga: Komisi Penyelidikan Ungkap Eks PM Bangladesh Sheikh Hasina Terlibat Penghilangan Paksa

Sheikh Hasina dituding menghalangi Khaleda Zia memperoleh perawatan medis yang memadai serta mencegahnya menjalani pengobatan lanjutan di luar negeri.

Setelah Sheikh Hasina melarikan diri ke India pada Agustus 2024, Khaleda Zia dibebaskan dari tahanan rumah dan pada Januari 2025 dibawa ke Inggris untuk mendapatkan perawatan medis.

Sebelumnya, Zia dijatuhi hukuman lima tahun penjara pada Februari 2018 dalam kasus korupsi. Namun, sejak Maret 2020, ia diizinkan menjalani tahanan rumah karena alasan kesehatan.

Pada Januari 2025, Mahkamah Agung Bangladesh memberikan pengampunan terhadap Khaleda Zia terkait perkara korupsi terbaru yang menjeratnya, sehingga membuka peluang baginya untuk kembali maju dalam pemilihan umum yang dijadwalkan berlangsung pada Februari 2026.

Baca Juga: Disebut Terlibat Penggulingan PM Bangladesh, Ini Respons AS

Khaleda Zia dikenal sebagai figur sentral gerakan sipil selama sembilan tahun melawan rezim Ershad dan resmi menjadi perdana menteri perempuan pertama Bangladesh pada 1991.

Ia juga menjadi tokoh oposisi utama sepanjang sebagian besar masa pemerintahan Sheikh Hasina yang berlangsung selama 15 tahun.

Putra sulungnya, Tarique Rahman, yang menetap di Inggris sejak 2008, baru kembali ke Bangladesh pada pekan lalu setelah 17 tahun mengasingkan diri untuk menemui ibunya sekaligus mengambil alih kepemimpinan di BNP.

Tarique menyatakan kepulangannya sempat tertunda karena pertimbangan keamanan dan dinamika politik, di tengah kritik publik atas ketidakhadirannya di Bangladesh saat kondisi kesehatan ibunya semakin kritis.

(Sumber: Antara) 

x|close