Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyampaikan perkembangan terkini penanganan dampak bencana terhadap fasilitas kesehatan di Aceh, termasuk kondisi RSUD Aceh Tamiang, dalam dialog daring bersama Wakil Menteri Komunikasi dan Digital RI yang meninjau langsung lokasi serta sejumlah tenaga medis di lapangan.
Menkes menjelaskan, sejak bencana terjadi pada 26 Desember, Kementerian Kesehatan langsung memprioritaskan pemulihan rumah sakit sebagai objek vital pelayanan publik. Dari total 31 rumah sakit yang terdampak di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara, seluruhnya berhasil kembali beroperasi dalam waktu dua minggu, meski belum sepenuhnya ideal.
“Waktu bencana terjadi, kita segera ambil keputusan bahwa rumah sakit harus diutamakan pemulihannya. Buka dulu, meskipun bertahap dan belum semua layanan berjalan,” ujar Menkes Budi dalam dialog dan updte terkini, dilansir pada Rabu, 24 Desember 2025.
Baca Juga: PSSI Buka Voting Publik PSSI Awards 2026
Menurutnya, RSUD Aceh Tamiang menjadi salah satu fasilitas dengan tingkat kerusakan paling berat. Namun berkat kerja cepat tenaga kesehatan, relawan, serta dukungan lintas sektor, layanan dasar mulai kembali berjalan. Tahap awal difokuskan pada pengoperasian instalasi gawat darurat (IGD), disusul layanan hemodialisis (HD) yang berkaitan langsung dengan keselamatan pasien.
Menkes Budi mengungkapkan, kendala teknis sempat menghambat pengoperasian HD di RSUD Aceh Tamiang akibat kerusakan total instalasi air dan limbah. Untuk mengatasi hal tersebut, Kemenkes mengirimkan tim teknis dan membangun instalasi sementara agar layanan dapat kembali berfungsi.
“Alatnya bisa, teknisinya kita kirim, tapi ternyata instalasi airnya rusak total. Akhirnya kita buatkan instalasi sementara, dan alhamdulillah hari ini HD sudah bisa berjalan,” jelasnya.
Setelah IGD dan HD, pemulihan layanan dilanjutkan ke ruang operasi terbatas, ICU, serta penyediaan peralatan penunjang seperti mobile X-ray dan ventilator. Menkes menegaskan bahwa seluruh teknisi dari berbagai vendor telah dikerahkan untuk memeriksa dan memperbaiki peralatan medis yang rusak akibat lumpur dan banjir.
Baca Juga: Kejagung Setorkan Rp6,6 Triliun Hasil Penyelamatan Keuangan dan Denda Administratif
Pemulihan dilakukan secara bertahap dengan skema yang jelas. Setelah layanan kritis berjalan, tahap berikutnya mencakup pengoperasian poliklinik, rawat inap, hingga laboratorium. Strategi ini, kata Menkes, disusun agar rumah sakit tetap bisa melayani pasien meski dalam kondisi darurat.
Selain rumah sakit, Menkes Budi juga menyoroti kondisi puskesmas yang terdampak cukup masif. Dari sekitar 300 puskesmas yang rusak akibat bencana, jumlah yang belum beroperasi berhasil ditekan secara signifikan dalam waktu singkat.
“Awalnya ada sekitar 80 puskesmas yang belum beroperasi, lalu turun jadi 31, dan tadi malam tinggal 19. Target kita sebelum akhir tahun semuanya bisa beroperasi kembali,” ujarnya.
Menkes mengapresiasi kerja keras para direktur rumah sakit, kepala puskesmas, tenaga medis, serta relawan yang terlibat dalam pemulihan layanan kesehatan di wilayah terdampak. Ia menilai capaian tersebut merupakan kerja luar biasa mengingat skala kerusakan dan keterbatasan di lapangan.
“Dalam dua minggu, 31 rumah sakit bisa kembali beroperasi. Ini luar biasa. Saya ucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran yang terlibat,” tutup Menkes.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers di Rumah Sakit Pusat Pertahanan Negara (RSPPN) Pangsar Soedirman, Jakarta, Selasa (7/10/2025). (ANTARA)