Indonesia-Uni Eropa Bersatu Lawan Kekerasan Digital terhadap Perempuan dan Anak

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 7 Des 2025, 15:52
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Ramses Manurung
Editor
Bagikan
H.E. Denis Chaibi, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia (tengah) bersama dengan perwakilan Kemenko PMK, Kementerian PPPA Negara-Negara Anggota Uni Eropa, UN Women Indonesia, dan Unika Atma Jaya, memberikan pernyataan komitmen bersama pada puncak acar H.E. Denis Chaibi, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia (tengah) bersama dengan perwakilan Kemenko PMK, Kementerian PPPA Negara-Negara Anggota Uni Eropa, UN Women Indonesia, dan Unika Atma Jaya, memberikan pernyataan komitmen bersama pada puncak acar (Istimewa)

Ntvnews.id, Jakarta - Pemerintah Indonesia dan Uni Eropa menegaskan komitmen
bersama untuk menghentikan kekerasan berbasis gender di ruang digital melalui Cycling Tour kampanye “16 Days of Global Activism Against Gender-Based Digital Violence”, yang digelar
dengan rute sepanjang 10 km dari Lapangan Parkir IRTI Monas menuju One Satrio, pada Sabtu, 6 Desember 2025.

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Keluarga dan Kependudukan Kemenko
PMK, Woro Srihastuti Sulistyaningrum, menekankan bahwa perlindungan perempuan dan anak harus diperkuat tidak hanya di ruang sosial dan digital, tetapi juga dalam situasi bencana yang tengah berulang di berbagai daerah.

Mengawali sambutan, Deputi yang akrab disapa Lisa mengajak peserta mengheningkan cipta bagi para korban bencana di wilayah Sumatra dan Jawa Barat. Ia menegaskan bahwa setiap kejadian bencana membuka kembali fakta bahwa perempuan dan anak adalah kelompok yang paling rentan, termasuk terhadap risiko kekerasan digital yang meningkat pada masa
krisis.

Baca Juga: Prabowo Tinjau Tenda Pengungsian di Bireuen, Peluk dan Tenangkan Warga yang Menangis

"Setiap bencana selalu menunjukkan bahwa perempuan dan anak adalah kelompok yang paling rentan, bukan hanya terhadap kekerasan fisik, tetapi juga kekerasan digital. Dalam situasi krisis, risiko eksploitasi, perundungan, dan pelecehan meningkat, termasuk di ruang
daring,” ujar Lisa.

Lisa menjelaskan bahwa pemerintah kini mendorong Gerakan Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak, yang memperkuat pencegahan, penanganan, pendampingan, dan pemulihan korban secara terpadu. Gerakan ini melibatkan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dunia usaha, lembaga pendidikan, masyarakat, serta mitra pembangunan internasional seperti Uni Eropa.

H.E. Denis Chaibi, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia (kedua dari kiri) memberikan sambutan bersama dengan Marc Gerritsen, Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia, Timor Leste, dan ASEAN (pertama dari kiri), Sten Frimodt Nielsen, Duta Besar Ker <b>(Istimewa)</b> H.E. Denis Chaibi, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia (kedua dari kiri) memberikan sambutan bersama dengan Marc Gerritsen, Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia, Timor Leste, dan ASEAN (pertama dari kiri), Sten Frimodt Nielsen, Duta Besar Ker (Istimewa)

"Gerakan ini bukan sekadar dokumen kebijakan, tetapi panggilan bagi seluruh elemen bangsa untuk bergerak bersama. Perlindungan perempuan dan anak harus hadir dalam situasi damai maupun saat bencana, baik di ruang fisik maupun ruang digital,” tegasnya.

Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Denis Chaibi, menegaskan pentingnya solidaritas lintas negara dalam menghadapi kekerasan digital terhadap perempuan dan anak, isu global yang semakin menonjol saat terjadi bencana atau kondisi darurat kemanusiaan.

"Setiap pesepeda mewakili komitmen untuk bertindak untuk menumbuhkan rasa hormat, memastikan ekosistem digital yang aman, dan mendengarkan aspirasi perempuan secara online maupun offline. Kami bangga dengan terjalinnya kerja sama erat antara Pemerintah Indonesia dan Uni Eropa dalam mempromosikan kesetaraan gender dan mengatasi tantangan bersama,” ujar Duta Besar Chaibi.

Kegiatan ini juga menjadi bagian dari rangkaian advokasi yang lebih luas. Sehari sebelumnya, para pakar berkumpul di Fakultas Hukum Universitas Indonesia untuk berbagi wawasan mengenai kekerasan digital berbasis gender, sekaligus memperkuat peran mahasiswa dan calon praktisi hukum dalam penanganan isu ini.

Baca Juga: Prabowo Tiba di Aceh dan Langsung Tinjau Jembatan Bailey serta Posko Pengungsi di Bireuen

Kemudian, Kemenko PMK menegaskan bahwa kolaborasi internasional ini merupakan langkah strategis untuk memastikan bahwa perempuan dan anak tetap terlindungi, terutama di tengah meningkatnya intensitas bencana yang membawa risiko berlapis, termasuk di ruang digital.

Gerakan bersama ini diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat solidaritas,
memperluas edukasi digital, dan memastikan ruang daring yang aman, inklusif, serta beradab.

Hadir dalam agenda tersebut, sejumlah perwakilan dari kementerian dan lembaga, berbagai delegasi Uni Eropa, negara-negara anggota EU, organisasi masyarakat sipil, dan komunitas Bike to Work Indonesia.

Terdapat kurang lebih 300 peserta hadir dengan bersepeda membawa bendera bertema “Unite to End Digital Violence against All Women and Girls” sebagai simbol gerakan lintas negara melawan kekerasan digital.

x|close