Ntvnews.id, Singapura - Data dari Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura mencatat bahwa tujuh sektor bernilai tambah tinggi telah kehilangan 19.800 pekerjaan sepanjang 2025. Sektor-sektor ini selama ini menjadi penyerap utama tenaga kerja lokal yang terampil, mulai dari bidang teknologi informasi, jasa profesional, perdagangan, hingga properti.
Dilansir dari Vulcan Post, Kamis, 4 Desember 2025, kebijakan pengetatan pasar perumahan yang bertujuan mengendalikan inflasi harga rumah disebut sebagai salah satu pemicu hilangnya ribuan pekerjaan di sektor terkait. Dampak tersebut tidak berdiri sendiri, karena tekanan juga datang dari perubahan struktur ekonomi dan munculnya kebutuhan akan keterampilan baru di berbagai industri.
Meskipun badai PHK terus berlangsung, laporan yang sama menunjukkan tingkat pengangguran Singapura masih relatif rendah, Tingkat pengangguran keseluruhan stabil di sekitar 2 persen, sementara pengangguran warga lokal tetap berada di bawah 3 persen.
Penyerapan tenaga kerja secara umum juga dinilai kuat, dengan hampir 30.000 pekerjaan baru tercipta pada kuartal III 2025 dan mendekati 50.000 pekerjaan sepanjang tahun ini, termasuk bagi pekerja non-residen.
Menariknya, mayoritas pertumbuhan bersih lapangan kerja tersebut justru berasal dari sektor berupah rendah, terutama bidang konstruksi dan pekerja rumah tangga migran. Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura tidak merinci status kewarganegaraan pekerja di masing-masing sektor tersebut dalam laporannya.
Singapura (Pixabay)
Sektor informasi dan komunikasi menjadi contoh jelas bagaimana perubahan kebutuhan keterampilan berperan dalam laju PHK di Singapura. Meskipun sektor ini sebelumnya menikmati kenaikan gaji dan permintaan tenaga kerja yang tinggi bahkan ketika gelombang PHK teknologi terjadi di banyak negara industri tersebut mengalami penurunan bersih lebih dari 4.000 pekerja sepanjang 2025.
Jika digabungkan dengan tahun 2024, total penurunan mencapai sekitar 9.500 pekerja, meski perusahaan-perusahaan masih sering mengeluhkan kurangnya kandidat yang memenuhi kualifikasi.
Beberapa pengamat menilai bahwa tenaga kerja teknologi tidak harus selalu bekerja di perusahaan sektor teknologi, karena banyak organisasi dari sektor lain juga membutuhkan staf teknologi informasi yang memiliki kompetensi memadai. Temuan lain menunjukkan bahwa terjadi perubahan kebutuhan keterampilan, termasuk pengurangan pada sejumlah fungsi lama dan terbukanya banyak peluang baru di bidang akal imitasi (AI) serta pengolahan data.
Kota Singapura (Pixabay)