Ntvnews.id, Paris - Otoritas Prancis menangkap tiga orang yang diduga sebagai mata-mata Rusia di tengah meningkatnya kekhawatiran Eropa terhadap potensi intervensi Moskow.
Dilansir dari AFP, Kamis, 27 November 2025, Ketiga orang tersebut ditangkap di Paris dan juga disinyalir terlibat dalam penyebaran propaganda yang mendukung Kremlin.
Kemudian, penyidik Prancis menyebut aksi penangkapan berkaitan dengan aktivitas organisasi Prancis-Rusia bernama "SOS Donbass".
Salah satu tersangka adalah pria berkebangsaan Rusia berusia 40 tahun, yang sebelumnya terekam CCTV sedang memasang poster pro-Rusia di Arc de Triomphe pada September. Menurut jaksa penuntut, tersangka itu kemudian menelepon kepala SOS Donbass, yang diidentifikasi sebagai seorang wanita kelahiran Rusia yang berusia 40 tahun.
Baca Juga: Prancis Resmi Perketat Aturan Penumpang Pesawat, Pelanggar Terancam Denda hingga Larangan Terbang
Wanita tersebut, yang turut ditangkap, diduga berusaha mengakses informasi ekonomi dari para eksekutif di perusahaan Prancis. Ia telah berada dalam radar intelijen domestik Prancis, DGSI, sejak awal tahun.
Pejabat menyebut DGSI menemukan aktivitas yang "kemungkinan merugikan kepentingan fundamental bangsa", sehingga pada Maret seorang hakim mengeluarkan perintah penyelidikan formal atas dugaan kolusi dengan kekuatan asing—pelanggaran yang dapat dihukum hingga 10 tahun penjara.
Para turis berfoto di depan bangunan Piramida Louvre di Paris, Prancis pada Rabu 22 Oktober 2025 waktu setempat. Museum ini kembali dibuka pada Rabu pagi, tiga hari setelah pencurian perhiasan bernilai puluhan juta euro. (Xinhua/Zhang Baihui) (Antara)
SOS Donbass dikenal publik sebagai organisasi kemanusiaan yang mengklaim memberi dukungan bagi warga sipil di Donbas, Ukraina timur wilayah yang sebagian kini berada di bawah kontrol Rusia.
Baca Juga: Zinedine Zidane Bakal Gantikan Didier Deschamps Sebagai Pelatih Timnas Prancis
Tersangka ketiga yang ditangkap adalah pria berusia 63 tahun dari wilayah Seine-Saint-Denis di Paris utara. Sementara satu lagi tersangka berusia 58 tahun tidak ditahan, namun ditempatkan di bawah pengawasan ketat dan wajib melapor sekali setiap minggu ke polisi.
Penangkapan ini berlangsung di tengah meningkatnya kewaspadaan negara-negara Barat terhadap aktivitas intelijen Rusia yang dinilai terus berkembang di Eropa, termasuk operasi rahasia, kampanye pengaruh, hingga potensi sabotase terkait perang di Ukraina.
Ilustrasi- Bendera Prancis (Antara)