Ntvnews.id, Istanbul — Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa Korea Utara bukan satu-satunya negara yang melakukan uji coba senjata nuklir. Menurutnya, Rusia dan China juga melakukan uji coba itu secara diam‑diam. Pernyataan tersebut disampaikan dalam wawancara dengan program "60 Minutes" milik CBS News yang disiarkan Minggu, 2 November 2025.
Saat pembawa acara menyebutkan bahwa Korea Utara menjadi satu-satunya negara yang menguji nuklir, Trump menanggapi bahwa, "Rusia melakukan uji coba, dan China juga, tetapi mereka tidak membicarakannya."
Pernyataan Trump muncul hanya beberapa hari setelah ia memerintahkan militer AS untuk memulai kembali uji coba senjata nuklir setelah jeda lebih dari 30 tahun, langkah yang memicu attention dan protes internasional.
Trump menekankan bahwa lokasi uji coba oleh negara-negara lain tidak selalu mudah dilacak, dan ia menegaskan bahwa dirinya tidak berniat memakai senjata nuklir tersebut, namun menurutnya ada kebutuhan untuk menguji agar keandalannya dapat dipastikan.
Baca Juga: Trump Umumkan Penurunan Tarif untuk China, Serentak Perintahkan Uji Coba Nuklir AS
"Negara lain melakukan uji coba. Kita satu-satunya negara yang tidak melakukannya, dan saya tidak ingin menjadi satu-satunya negara yang tidak menguji," ujar Trump.
Trump mempertanyakan logika membuat senjata tanpa pengujian, "Bukankah itu masuk akal? Anda membuat senjata nuklir, lalu tidak mengujinya. Bagaimana Anda tahu senjata itu berfungsi?"
Dalam wawancara itu ia juga menegaskan posisi Amerika Serikat soal kapasitas nuklir: AS memiliki "kekuatan nuklir yang luar biasa" dan yang terbesar di dunia, sementara menurutnya Rusia menempati urutan kedua dan China ketiga, namun dia memperingatkan bahwa dalam waktu beberapa tahun China akan mengejar dan menyamakan kedudukan.
Baca Juga: Trump: Jika Negara Lain Uji Coba Nuklir, AS Juga Akan Melakukannya
"Mereka membuatnya dengan cepat, dan saya pikir kita harus melakukan sesuatu terkait denuklirisasi," katanya.
Kemudian ia menambahkan pernyataan tentang jumlah senjata yang dimiliki.
"Kita memiliki cukup senjata nuklir untuk menghancurkan dunia 150 kali. Rusia punya banyak, dan China juga akan memiliki banyak," ucapnya.
Langkah untuk memulai kembali pengujian senjata nuklir yang ia perintahkan telah memicu reaksi dari sejumlah negara dan pakar, serta memunculkan pertanyaan apakah yang dimaksud adalah uji peledakan nuklir atau rangkaian pengujian teknis non-detonasi, klarifikasi yang sampai kini masih menjadi fokus pemberitaan dan analisis ahli.
(Sumber: Antara)
Presiden AS Donald Trump berbicara kepada wartawan saat perjalanan ke Tokyo di pesawat Air Force One, Senin, 27 Oktober 2025. ANTARA FOTO/REUTERS/Evelyn Hockstein/agr (Antara)