Trump: Jika Negara Lain Uji Coba Nuklir, AS Juga Akan Melakukannya

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 1 Nov 2025, 08:52
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Adiantoro
Editor
Bagikan
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. ANTARA/Xinhua/Hu Yousong/aa. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. ANTARA/Xinhua/Hu Yousong/aa. (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan negaranya siap melaksanakan uji coba senjata nuklir apabila negara lain juga melakukan hal yang sama. Ia menyebut akan melakukan beberapa kali uji coba dalam waktu dekat.

"Kami akan melakukan beberapa uji coba, ya, dan negara lain melakukannya. Jika mereka akan melakukannya, kami akan melakukannya," ujar Trump seperti dikutip dari AFP, Sabtu, 1 November 2025.

Namun, Trump tidak menjelaskan secara detail jenis senjata nuklir yang akan diuji coba maupun negara mana yang dimaksud sebagai acuan dari keputusannya tersebut.

Sebelumnya, Trump saat kunjungan kenegaraan di Korea Selatan pada Kamis, 30 Oktober 2025, secara mengejutkan mengumumkan perintah kepada Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) untuk segera memulai kembali uji coba senjata nuklir yang akan menjadi uji coba pertama AS setelah moratorium selama 33 tahun.

Langkah itu diumumkan tak lama setelah Rusia melakukan uji coba rudal jelajah Burevestnik yang berkemampuan nuklir serta drone Poseidon bertenaga nuklir.

Dalam pernyataannya, Trump juga menyinggung kekuatan nuklir milik Rusia dan China sebagai alasan keputusan tersebut.

Baca Juga: Xi Jinping dan Donald Trump Sepakat Susun Langkah Lanjutan untuk Perkuat Hubungan Dagang China–AS

"Karena negara-negara lain sedang menguji program, saya telah menginstruksikan Departemen Perang (nama baru Departemen Pertahanan-red) untuk memulai uji coba senjata nuklir kita secara setara," kata Trump melalui unggahan di media sosialnya, Truth Social.
Ia menambahkan, "Proses itu akan segera dimulai."

Reaksi Internasional

Keputusan Trump tersebut memicu gelombang kecaman dari berbagai pihak di dunia. Kelompok penyintas bom atom Jepang Nihon Hidankyo, yang meraih Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2024, mengecam keras kebijakan tersebut dan menyebut perintah Trump "sama sekali tidak dapat diterima."

Mereka juga menyampaikan protes resmi kepada Kedutaan Besar Amerika Serikat di Tokyo.

Sementara itu, China menanggapi dengan menyerukan agar Amerika Serikat "secara sungguh-sungguh mematuhi" larangan uji coba nuklir global yang telah disepakati bersama komunitas internasional.

Berbeda dengan China, Rusia memberikan tanggapan lebih berhati-hati. Pihak Kremlin menegaskan mereka tidak melakukan uji coba senjata nuklir, namun akan menyesuaikan langkahnya jika Amerika Serikat benar-benar memulai kembali kegiatan tersebut.

Dari kawasan Timur Tengah, Iran turut mengkritik keras keputusan Trump. Pemerintah Teheran menyebut kebijakan tersebut sebagai langkah yang "regresif dan tidak bertanggung jawab" karena berpotensi memicu ketegangan baru dan mengancam stabilitas global.

Uji Coba Nuklir dan Ancaman Perlombaan Senjata

Langkah Trump untuk menghidupkan kembali program uji coba nuklir Amerika Serikat menimbulkan kekhawatiran dunia internasional akan kembalinya perlombaan senjata yang sempat mereda sejak berakhirnya Perang Dingin.

Sejak tahun 1992, Amerika Serikat telah memberlakukan moratorium uji coba nuklir sebagai bagian dari upaya global untuk menekan penyebaran senjata pemusnah massal.

Namun, keputusan Trump menandai potensi perubahan besar dalam kebijakan pertahanan dan diplomasi nuklir AS.

Baca Juga: Keyakinan Trump Bisa Damaikan Korea Utara dan Korea Selatan

Sejumlah pengamat menilai langkah Trump sebagai sinyal politik yang bertujuan menunjukkan kekuatan militer AS di tengah meningkatnya ketegangan dengan Rusia, China, dan Iran.

Namun, banyak pihak juga memperingatkan bahwa kebijakan semacam ini justru dapat memperburuk situasi keamanan dunia dan melemahkan kepercayaan terhadap komitmen Amerika Serikat dalam menjaga perdamaian global.

Dengan pernyataannya yang lugas, Trump kembali memantik perdebatan internasional tentang masa depan kesepakatan nuklir dunia dan arah kebijakan pertahanan Amerika Serikat di bawah kepemimpinannya.

x|close