Presiden Madagaskar Andry Rajoelina Diduga Kabur ke Prancis di Tengah Gejolak Politik

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 14 Okt 2025, 08:08
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Polisi anti huru-hara menggunakan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa dalam demonstrasi menentang pemadaman listrik yang sering terjadi dan kelangkaan air, dekat Universitas Antananarivo, Madagaskar, 29 September 2025 Polisi anti huru-hara menggunakan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa dalam demonstrasi menentang pemadaman listrik yang sering terjadi dan kelangkaan air, dekat Universitas Antananarivo, Madagaskar, 29 September 2025 (Aljazeera)

Ntvnews.id, Antananarivo - Presiden Madagaskar, Andry Rajoelina, dilaporkan melarikan diri ke Prancis dengan menggunakan helikopter militer Prancis setelah mencapai kesepakatan dengan Presiden Emmanuel Macron, sebagaimana disampaikan dalam laporan radio Prancis RFI pada Senin.

Kabar ini muncul setelah kantor kepresidenan Madagaskar mengumumkan bahwa Rajoelina akan menyampaikan pidato kepada rakyat pada pukul 7 malam waktu setempat atau pukul 23.00 WIB, di tengah maraknya rumor bahwa dirinya telah meninggalkan negara itu.

Dilanasir dari Reuters, Selasa, 14 Oktober 2025, gelombang unjuk rasa oleh generasi muda yang dimulai sejak 25 September awalnya menyoroti kelangkaan air dan listrik, kemiskinan, serta dugaan korupsi. Namun, dalam perkembangannya, tuntutan massa berubah menjadi desakan agar Rajoelina mundur dari jabatannya.

Kerusuhan yang merebak di berbagai wilayah membuat situasi politik memanas. Rajoelina kemudian mengambil langkah drastis dengan membubarkan kabinet dan menunjuk perdana menteri baru sebagai bentuk perubahan pemerintahan.

Baca Juga: Presiden Madagaskar Sebut Ada Upaya Kudeta di Tengah Gelombang Protes

Pada Sabtu lalu, personel militer dari Administrasi Personel Angkatan Darat (CAPSAT) secara terbuka menyatakan dukungan terhadap demonstrasi anti-pemerintah yang telah berlangsung selama lebih dari dua minggu.

CAPSAT sendiri dikenal sebagai unit militer penting yang berperan dalam menaikkan Rajoelina ke tampuk kekuasaan melalui kudeta militer pada tahun 2009.

Namun, pada Minggu, ketegangan meningkat ketika CAPSAT menunjuk panglima militer baru hanya beberapa jam setelah Rajoelina mengecam dukungan mereka terhadap pengunjuk rasa sebagai "upaya merebut kekuasaan secara ilegal."

Baca Juga: Krisis Air dan Listrik Picu Demo Anarkis di Madagaskar

Sementara itu, pada Senin, Kedutaan Besar Prancis di Madagaskar menegaskan bahwa Prancis tidak berniat melakukan intervensi militer terhadap situasi politik di negara pulau tersebut.

Kedubes juga membantah "penafsiran yang mungkin disimpulkan" dari pernyataan Patrice Latron, seorang pejabat di Reunion, wilayah seberang lautan Prancis di Samudra Hindia.

Latron sebelumnya mengatakan, "Ada rencana yang dapat dipicu jika sesuatu terjadi," ketika membahas krisis politik di Madagaskar. Ia juga menambahkan, "Kami sedang mempersiapkan Angkatan Bersenjata Zona Samudera Hindia Selatan (FAZSOI) dan dinas wilayah di Reunion."

Pernyataan tersebut memunculkan spekulasi luas bahwa militer Prancis mungkin akan membantu Rajoelina atau mengambil langkah untuk menekan gelombang unjuk rasa yang terus meluas di Madagaskar.

x|close