Ntvnews.id, Jakarta - Refuse-Derived Fuel (RDF) Plant Rorotan, Jakarta Utara, dipastikan aman beroperasi dan tidak membahayakan kesehatan masyarakat. Hal ini disampaikan oleh Ahli Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB), Haryo S. Tomo yang menegaskan fasilitas tersebut sudah menggunakan teknologi pengendalian emisi berstandar tinggi.
“RDF Plant Rorotan telah dilengkapi Air Pollution Control Devices (APCD) dengan konfigurasi menyeluruh untuk mereduksi polutan secara optimal,” kata Haryo dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa, 23 September 2025.
Menurut Haryo, sistem pengendalian emisi di RDF Plant Rorotan dirancang berdasarkan karakteristik emisi secara detail sehingga hasil akhirnya tetap memenuhi baku mutu sesuai Permen LHK Nomor 70 Tahun 2016.
Baca Juga: Pramono Sebut Perbaikan Fasilitas RDF Rorotan Sudah Tahap Finalisasi
Beberapa perangkat yang digunakan antara lain, seperti Cyclone, Baghouse Filter, dan Wet Electrostatic Precipitator (Wet ESP) untuk menangkap partikulat besar hingga halus berukuran mikron. Wet Scrubber tahap 1 dan 2 yang berfungsi menurunkan gas polutan masam melalui reaksi kimia dengan natrium hidroksida. Lalu, filter karbon aktif yang mampu menyerap senyawa organik, termasuk gas berbau tidak sedap.
Proses pengolahan sampah menjadi RDF dilakukan melalui pembakaran mekanis bersuhu 800-1.000 derajat celcius. Gas panas hasil pembakaran selanjutnya disaring berlapis-lapis melalui berbagai unit sebelum dilepaskan ke udara.
Fasilitas pengolahan sampah menjadi bahan bakar atau (Dinas Lingkungan Hidup DKI/ NYTVNews.id)
“Implementasi teknologi ini telah teruji di sektor industri lain. Bahkan pada industri smelting, efisiensi Wet ESP bisa mencapai lebih dari 98 persen,” tambah dia.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Asep Kuswanto menegaskan keterlibatan pakar ITB menunjukkan RDF Plant Rorotan dibangun dengan serius, baik dari sisi akademis maupun teknis.
Baca Juga: DLH DKI Minta Warga Tak Khawatirkan RDF Plant Rorotan
“Sejak awal, pembangunan fasilitas ini mempertimbangkan aspek lingkungan dan kesehatan masyarakat. Meski sempat ada kendala pada uji coba pertama, kami terus berbenah dan melakukan evaluasi besar-besaran,” ujarnya.
DLH juga memperkuat sistem pengendalian bau dengan menambah tiga unit deodorizer sehingga kini ada empat unit aktif. Teknologi deodorizer tersebut dilengkapi blower, Advanced Oxidation Process (AOP) berbasis ozonisasi dan sinar ultraviolet, reaktor scrubber, serta filter karbon aktif untuk menetralisir gas penyebab bau.
Asep menekankan RDF Plant Rorotan hadir bukan untuk menambah masalah baru, melainkan menjadi solusi pengelolaan sampah berkelanjutan di Jakarta.
“Kami ingin masyarakat tidak khawatir. Semua proses perbaikan dilakukan komprehensif dengan dukungan para ahli terbaik. RDF Plant Rorotan hadir untuk menjadi solusi pengelolaan sampah berkelanjutan, bukan menambah masalah baru,” tutur dia.