Ntvnews.id, Jakarta - Kepolisian mengungkap fakta baru terkait kasus penculikan yang berujung pada tewasnya Kepala Cabang Pembantu (KCP) salah satu bank di Jakarta Pusat, berinisial MIP (37). Menurut keterangan, korban ternyata merupakan target acak dari komplotan pelaku.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Polisi Wira Satya Triputra, menjelaskan bahwa tersangka utama berinisial DH awalnya mencari pejabat bank setingkat KCP yang bersedia diajak melakukan praktik curang untuk memindahkan dana dari rekening “dormant” ke rekening penampung. Namun, upaya tersebut gagal.
"Dan temannya hanya memberikan kartu nama (korban MIP) sehingga dari situ dilakukan pembuntutan," kata Wira menjawab pers di Polda Metro Jaya, Selasa.
Kepala Sub Direktorat Kejahatan dan Kekerasan (Kasubdit Jatantas) Polda Metro Jaya, AKBP Abdul Rahim, menambahkan bahwa sebelum penculikan terjadi, dalang utama berinisial K alias C sempat menawarkan kerja sama kepada DH untuk mencari kepala cabang bank yang bisa diajak terlibat.
"Namun dalam perjalanannya setelah sekian lama, 1 bulan lebih, mereka tidak berhasil mendapatkan kepala cabang bank yang mau diajak kerja sama," ujar dia.
Baca Juga: Peran 2 Prajurit Kopassus yang Jadi Aktor Penculikan dan Pembunuhan Kacab Bank BUMN
Karena gagal, K kemudian memberikan data yang dimilikinya berupa kartu nama MIP. Informasi itu diserahkan kepada DH untuk menelusuri keberadaan korban.
"Pada saat DH menyetujui untuk melakukan tindakan opsi satu, yaitu melakukan penculikan terhadap korban kepala cabang, K memberikan kartu nama dari salah satu kepala cabang," katanya.
Selanjutnya, kartu nama tersebut digunakan DH untuk melakukan pencarian. Mereka sempat berupaya menemukan alamat rumah korban, namun tidak berhasil lantaran alamat kurang jelas. Akhirnya, mereka memilih memantau kantor tempat korban bekerja.
"Pada saat itu, mereka mencari rumah korban, namun gagal karena alamat tak jelas. Mereka pun memilih mengintai kantor korban. Kemudian dari malam, dari tengah malam mereka sudah menunggu tim yang membuntuti sudah menunggu di depan kantor korban, kemudian selanjutnya diikuti," kata Abdul Rahim.
(Sumber : Antara)