Ntvnews.id, Beijing - China memamerkan rudal nuklir strategis antarbenua terbaru dalam parade militer akbar di Lapangan Tiananmen, Beijing, pada Rabu, 3 September 202t5. Rudal yang diberi nama Dongfeng-5C (DF-5C) itu disebut mampu mencapai target di mana pun di dunia, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Eropa Barat.
Parade tersebut digelar untuk memperingati 80 tahun kemenangan China atas Jepang dalam Perang Dunia II dan dihadiri oleh 26 kepala negara, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin serta pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong Un.
Selain sebagai peringatan kemenangan bersejarah, parade itu juga dipandang sebagai ajang bagi Presiden Xi Jinping untuk menunjukkan kekuatan dan kemampuan strategis Tentara Pembebasan Rakyat, nama resmi militer China, yang terus berkembang.
Dilansir dari BBC, Kamis, 4 September 2025, parade tersebut menampilkan berbagai peralatan militer canggih selain DF-5C, seperti kendaraan luncur hipersonik, drone anjing robotik, rudal mobile berbasis darat, rudal jelajah antikapal, hingga kendaraan bawah air tanpa awak.
Menurut analis pertahanan Alexander Neill, rudal balistik DF-5C memiliki jangkauan lebih luas dibanding versi sebelumnya dan mampu membawa hingga 12 hulu ledak nuklir dalam sekali peluncuran.
Neill menjelaskan, DF-5C merupakan rudal balistik antarbenua (ICBM) berbahan bakar cair dua tahap, yang ditenagai oleh roket berurutan dengan mesin masing-masing.
Rudal tersebut berbasis silo dan diluncurkan dari fasilitas bawah tanah, serta dirancang sebagai pencegah strategis. Neill menegaskan rudal tersebut bisa digunakan untuk menargetkan daratan AS.
Baca Jiuga: Maduro Sebut 8 Kapal Perang AS dengan 1.200 Rudal Targetkan Venezuela
Analisis tersebut sejalan dengan pernyataan pakar teknologi rudal dan perlucutan senjata nuklir, Profesor Yang Chengjun, yang berbicara kepada The Global Times. Menurut Yang, rudal DF-5C terbaru memiliki jangkauan maksimum lebih dari 20.000 kilometer. Dengan begitu, "rudal DF-5C tipe baru mampu menjangkau target di seluruh dunia."
Ia juga menambahkan bahwa versi terbaru ini memiliki waktu persiapan peluncuran yang lebih singkat dibanding pendahulunya, dengan respons yang lebih cepat.
Lebih jauh, Yang menegaskan bahwa "dengan rudal tersebut, China memiliki kemampuan serta sarana untuk melancarkan serangan balasan terhadap target-target militer mana pun di dunia yang memicu ancaman nuklir nyata bagi Beijing."