Ntvnews.id, Makassar - Keluarga pengemudi ojek online Grab, almarhum Rusdamdiansyah, mendesak kepolisian segera mengusut tuntas kasus pengeroyokan yang menewaskan korban saat demonstrasi berujung ricuh pada 29 Agustus 2025 di Makassar, Sulawesi Selatan. Mereka berharap pelaku segera ditangkap agar kejadian serupa tidak terulang.
"Harapan keluarga kami, minta kasusnya untuk diusut tuntas. Dan semoga tidak ada Dandi (Rusdamdiansyah) yang kedua dan ketiga maupun ke depannya," kata Reza, saudara korban di rumah duka, Jalan Urip Sumoharjo, Lorong 501, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin, 1 September 2025.
Reza menggambarkan sosok almarhum sebagai pribadi rendah hati, pekerja keras, jarang mengeluh, penyayang, dan menjadi tulang punggung keluarga. Pada hari kejadian, almarhum awalnya memilih tetap di rumah karena kondisi jalanan ramai pendemo, namun menjelang petang ia keluar.
Baca Juga: Pakar: Masyarakat Perlu Pahami Perbedaan antara Demonstran dan Perusuh
"Kami tidak mengira bila terjadi seperti ini, karena sorenya di rumah, tidak keluar. Jam lima atau sekitar setengah enam baru dia keluar dari rumah. Karena waktu itu saya sementara di tempat kerja juga," ujarnya.
Tak lama berselang, keluarga menerima kabar mengejutkan melalui ponsel almarhum. Seorang tak dikenal memberi tahu bahwa Dandi sudah berada di RS Umum Ibnu Sina dalam kondisi kritis.
"Jadi kami dengar beritanya dari orang tidak dikenal yang menelpon ke kami lewat HP-nya almarhum. Keluarga baru mengetahui Dandi korban pada saat di UGD RS Ibnu Sina, tidak sadarkan diri," ucap Reza.
Awalnya, keluarga mendapat informasi bahwa korban mengalami kecelakaan. Namun Reza meragukan kabar itu karena adiknya keluar rumah dengan berjalan kaki, sementara motor masih di rumah.
Baca Juga: Sahroni, Uya Kuya, hingga Nafa Urbach Masih Terima Gaji dan Tunjangan DPR Meski Dinonaktifkan
"Awalnya kecelakaan, tapi saya tidak percaya, karena ini anak cuma jalan kaki keluar. Saya telepon istriku mana Dandi, katanya keluar, motornya juga ada di rumah," katanya.
"Saat saya mau ke rumah sakit lewat Jalan Petarani sudah diblok (massa), saya telepon balik istriku tidak kecelakaan ini anak. Saya bilang, ada dua masalah ini, kalau bukan demo atau perang kelompok," paparnya.
Kabar duka kemudian terungkap. Dari informasi yang beredar, Rusdamdiansyah diduga dikeroyok massa setelah diteriaki intel aparat keamanan, karena postur tubuhnya yang tinggi dan berisi.
"Betul dia dikeroyok. Informasi yang didapat di depan Kampus UMI, dan dia diteriaki sebagai intel saat itu hari. Padahal, ini anak bukan mahasiswa, bahkan kuliah pun tidak pernah. Tapi dari postur tubuhnya tinggi," tuturnya.
Baca Juga: BEM SI Ingatkan Publik Agar Tidak Terprovokasi Lakukan Aksi Anarkis
Karena kondisi korban memburuk, ia dirujuk ke RSUP Otak, Jantung, Kanker (OJK) Kemenkes RI di kawasan CPI, Jalan Tanjung Bunga, Makassar. Namun nyawanya tidak tertolong.
"Hasil pemeriksaan paling parah pendarahan di otak, tengkorak kepala retak. Rata-rata bagian kepala yang luka. Makanya sudah tidak sadarkan diri di RSUP Kemenkes CPI. Sekitar jam satu malam, hari Sabtu itu, dia sempat kritis dan langsung ditindaki, sempat dioperasi," ucapnya.
Reza menyampaikan terima kasih kepada manajemen Grab Indonesia yang telah datang memberikan dukungan kepada keluarga di tengah suasana duka. Namun, langkah hukum lanjutan masih belum diputuskan oleh keluarga.
Baca Juga: Belasan Personel Gabungan Dikerahkan Cari Helikopter Hilang Kontak di Mentewe, Kalsel
(Sumber: Antara)