Menbud Fadli Zon Tanggapi Polemik Film Animasi “Merah Putih: One for All”

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 15 Agu 2025, 17:54
thumbnail-author
Irene Anggita
Penulis
thumbnail-author
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
Salah satu adegan dalam film animasi Salah satu adegan dalam film animasi (ANTARA)

Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Kebudayaan Fadli Zon menanggapi polemik yang mencuat terkait film animasi “Merah Putih: One for All”. Ia mengajak generasi muda Indonesia, khususnya para sineas, untuk terus berkarya dan menghasilkan film-film berkualitas yang mendorong kemajuan industri perfilman nasional. 

Meski mengakui belum menyaksikan film tersebut secara langsung, Fadli tetap menekankan pentingnya memberikan apresiasi terhadap setiap karya yang lahir dari kreativitas anak bangsa, terutama yang mengangkat semangat persatuan dan kebangsaan. 

“Memang saya belum menonton bagaimana film tersebut, tetapi kita harus melihat niatnya untuk memajukan film Indonesia, tentu karena film Indonesia ini sekarang semakin mendapatkan apresiasi dari masyarakat kita, jadi kita harus membuat film-film yang baik, yang sekarang ini film Indonesia sudah 67 persen, lho, ditonton oleh rakyat Indonesia,” ujar Fadli saat ditemui usai menghadiri Sidang Tahunan MPR RI 2025 di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat. 

Fadli menyatakan bahwa dirinya belum dapat memberikan penilaian terhadap film tersebut karena belum menontonnya. Ia juga menyampaikan bahwa hingga kini pemerintah belum membahas lebih lanjut mengenai kemungkinan pemberian dana atau bantuan khusus untuk film animasi tersebut. 

“Jadi, karya-karya terbaiklah yang harus ditampilkan, tetapi sekarang saya belum bisa menilai karena belum menonton. Untuk pendanaan, saya kira nanti (dibahas), saya kira kita punya mekanismenya di dalam skema bantuan itu,” lanjutnya. 

Film animasi “Merah Putih: One for All”, yang dijadwalkan tayang perdana pada Kamis, 14 Agustus, menjadi perbincangan hangat di ruang publik. Alih-alih menuai pujian, cuplikan film tersebut malah memicu kritik dari sejumlah warganet dan pengamat film Indonesia. 

Sorotan utama tertuju pada aspek visual, di mana banyak yang menilai kualitas animasi masih jauh dari harapan. Mulai dari tampilan karakter, latar belakang, hingga pergerakan animasi dinilai kurang mulus dan belum layak untuk tayangan bioskop. 

Cerita dalam film ini mengisahkan petualangan sekelompok anak dari berbagai latar budaya—seperti Betawi, Papua, Medan, Tegal, Makassar, Manado, dan Tionghoa—yang tergabung dalam Tim Merah Putih. Mereka diberi tanggung jawab untuk menjaga bendera pusaka menjelang peringatan 17 Agustus. Namun, konflik muncul ketika bendera tersebut hilang tiga hari sebelum upacara. Dalam upaya menemukannya, para tokoh cilik ini harus melewati beragam rintangan alam seperti sungai, hutan, dan badai, sekaligus menekan ego masing-masing demi misi bersama. 

Walaupun film ini dimaksudkan sebagai persembahan untuk HUT ke-80 Republik Indonesia, banyak yang menilai eksekusinya terlalu terburu-buru. Penggunaan anggaran yang cukup besar juga menjadi sorotan, mengingat hasil akhir yang dinilai belum memenuhi ekspektasi publik. Kritik pun datang dari berbagai pihak—tidak hanya dari pengguna media sosial, tetapi juga dari profesional industri film—yang mempertanyakan kualitas animasi, kekuatan narasi, hingga transparansi dalam proses pembuatannya. 

Sumber: ANTARA

x|close