Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengumumkan bahwa peluncuran buku Sejarah Indonesia hasil penulisan ulang akan dilakukan pada Oktober mendatang.
"Penulisannya sudah selesai tapi peluncurannya nanti kita harapkan Oktober," ujar Fadli saat ditemui usai diskusi publik di Jakarta, Kamis, 14 Agustus 2025.
Fadli menjelaskan, buku tersebut telah melalui proses penyusunan yang melibatkan berbagai masukan dari sejumlah diskusi publik di berbagai daerah, antara lain di Universitas Indonesia, Universitas Lambung Mangkurat (Banjarmasin), Universitas Padang, dan Universitas Hasanuddin (Makassar).
Ke depannya, ia berencana mengadakan diskusi kelompok dengan para pemerhati sejarah yang tidak termasuk dalam tim penulis maupun tim editor.
"Kemudian kita ingin ada public expose dari buku tersebut," katanya lagi.
Baca Juga: BRI Peduli Gaungkan Semangat Kemerdekaan Melalui Program Literasi Anak Negeri
Menurut Fadli, keterlambatan peluncuran buku ini dari target awal—yakni pada momen HUT ke-80 RI—disebabkan oleh proses penyuntingan yang memakan waktu cukup lama, ditambah adanya berbagai masukan baru.
Kementerian Kebudayaan sebelumnya menargetkan penyelesaian buku sejarah Indonesia yang diperbarui pada Agustus 2025. Penyusunan buku ini melibatkan 113 penulis, 20 editor jilid, dan tiga editor umum yang berasal dari kalangan sejarawan serta akademisi di bidang arkeologi, geografi, sejarah, dan ilmu humaniora lainnya.
Fadli Zon mengungkapkan bahwa pemerintah mengalokasikan anggaran sekitar Rp9 miliar untuk pembaruan buku ini.
"Saya lupa anggarannya berapa, enggak banyak sih. Kalau tidak salah catatannya Rp9 miliar," ujarnya.
Ia menegaskan bahwa pembaruan buku sejarah dilakukan secara inklusif dengan mengedepankan sudut pandang Indonesia sentris, mencakup periode sejarah awal Indonesia, masa penjajahan, perang kemerdekaan, era reformasi, hingga pemilu.
"Jadi, kita ingin sejarah ini ditulis secara inklusif dengan Indonesia sentris jadi perspektif Indonesia, kalau perspektif Belanda tidak ada penjajahan ya (di Indonesia), mereka melihatnya berbeda," tuturnya.
(Sumber: Antara)