Ntvnews.id, Yerusalem - Badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, mengungkapkan bahwa Israel telah menutup tiga sekolahnya di Yerusalem timur yang dianeksasi, beberapa bulan setelah diberlakukannya larangan terhadap kegiatan UNRWA oleh Israel.
Dilansir dari AFP, Jumat, 9 Mei 2025, menyebut pemberitahuan penutupan yang tertulis dalam bahasa Ibrani ditemukan di pintu masuk setidaknya satu sekolah, sementara UNRWA menyatakan bahwa salah satu anggota stafnya telah ditahan.
"Mulai 8 Mei 2025, lembaga pendidikan ini akan dilarang beroperasi, tidak boleh mempekerjakan guru, staf pengajar, atau staf lainnya, serta tidak akan menerima siswa atau membolehkan siswa masuk," demikian bunyi perintah penutupan tersebut, seperti dilansir AFP pada Kamis (8/5/2025).
Roland Friedrich, Direktur UNRWA di Tepi Barat, menyatakan kepada AFP bahwa pasukan "bersenjata lengkap" mengepung tiga sekolah UNRWA di kamp Shuafat di Yerusalem timur pada pukul 9:00 pagi hari Kamis, 8 Mei 2025.
Baca Juga: Markas PBB di New York Saksikan Pengibaran Bendera Baru Suriah
Friedrich menambahkan bahwa 550 siswa yang berusia enam hingga 15 tahun berada di sekolah-sekolah tersebut ketika penutupan diumumkan. Ia menyebut kejadian itu sebagai "pengalaman traumatis bagi anak-anak muda yang berisiko langsung kehilangan akses mereka ke pendidikan."
Friedrich juga mengatakan bahwa polisi telah dikerahkan di tiga sekolah lainnya yang terletak di bagian lain Yerusalem timur.
Otoritas Palestina mengutuk tindakan tersebut dalam sebuah pernyataan kepada AFP, menyebutnya sebagai "pelanggaran terhadap hak anak-anak untuk mendapatkan pendidikan."
Israel mengklaim seluruh Yerusalem sebagai ibu kotanya yang "tidak dapat dibagi," meskipun PBB menganggap pencaplokan atas sektor timur kota tersebut sebagai tindakan ilegal. Bagi warga Palestina, Yerusalem timur dianggap sebagai ibu kota negara merdeka mereka di masa depan.