Ntvnews.id, Jakarta - Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Barat mengimbau masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terhadap sejumlah penyakit yang rawan muncul pada musim hujan, seperti leptospirosis, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), diare, serta demam berdarah dengue (DBD).
"Kalau leptospirosis itu penyebabnya bakteri Leptospira yang biasanya terdapat dalam urine tikus. Penyakit itu menyebar melalui air banjir atau genangan yang terkontaminasi," kata Kepala Sudinkes Jakarta Barat Sahruna saat dihubungi di Jakarta, Kamis, 13 November 2025.
Ia menjelaskan bahwa DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. "DBD ini berpotensi meningkat di musim hujan karena banyak genangan air menjadi tempat berkembang biak nyamuk," ujarnya.
Selain itu, ISPA juga menjadi salah satu penyakit yang perlu diwaspadai karena disebabkan oleh virus atau bakteri seperti influenza dan rhinovirus. "Jadi cuaca lembap dan dingin itu menurunkan daya tahan tubuh, mempermudah penularan melalui udara," tutur Sahruna.
Baca Juga: Waspada Leptospirosis Saat Banjir, Lakukan 6 Hal Ini Untuk Menghindarinya
Sahruna menambahkan, penyakit lain yang sering muncul saat musim hujan adalah diare atau gangguan saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakteri seperti E. coli dan Salmonella, atau virus seperti Rotavirus.
"Biasanya sumbernya itu makanan yang mudah terkontaminasi air kotor," kata dia.
Untuk mencegah penyakit-penyakit tersebut, Sahruna mengimbau masyarakat agar membiasakan pola hidup bersih dan sehat. "Pertama itu menjaga kebersihan pribadi, dengan cuci tangan dengan sabun dan air bersih, terutama setelah menggunakan toilet dan sebelum makan," katanya.
Selain itu, warga diminta menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan serta rutin membersihkan bak mandi maupun saluran air di sekitar rumah.
"Terakhir, mengonsumsi makanan bergizi, untuk meningkatkan daya tahan tubuh," pungkas Sahruna.
Baca Juga: 845 Warga Bangladesh kena DBD dalam 24 Jam
Meski mencatat adanya penurunan beberapa kasus penyakit termasuk DBD, ia menegaskan masyarakat harus tetap waspada. Berdasarkan data Sudinkes Jakarta Barat, jumlah kasus DBD mengalami penurunan sejak Juli 2025.
"Pada Juli 2025, ada 336 kasus terlapor, Agustus 355 kasus, September 200 kasus dan Oktober 142 kasus. Sementara untuk November, per Kamis, 6 November 2025, pukul 13.00 WIB baru ada satu kasus terlapor," ungkap Sahruna.
Ia menyebut tren penurunan tersebut tidak boleh membuat masyarakat lengah. “Kendati fluktuasi beberapa penyakit, termasuk DBD cenderung menurun di Jakarta Barat, masyarakat diminta untuk tetap waspada dan membiasakan hidup bersih dan sehat,” tutupnya.
(Sumber: Antara)
Arsip foto - Seorang petugas melakukan pengasapan (fogging) di kawasan permukiman, Kelurahan Grogol, Jakarta, Kamis, 2 Mei 2024. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S./nym/aa. (Antara)