IHSG Dibuka Hijau Dekati 8.000, Kurs Rupiah Menguat di Level Rp16.573 per Dolar AS

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 20 Okt 2025, 10:30
thumbnail-author
Muslimin Trisyuliono
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Seorang pekerja melihat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (28/6/2024). Seorang pekerja melihat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (28/6/2024). (ANTARA FOTO/Erlangga Bregas Prakoso/tom)

Ntvnews.id, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin pagi 20 Oktober 2025 bergerak menguat di tengah pelaku pasar bersikap wait and see terhadap hasil kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).

Dikutip dari Antara, IHSG dibuka menguat 79,12 poin atau 1,00 persen ke posisi 7.994.78. 

Sementara, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 11,35 poin atau 1,47 persen ke posisi 783,69.

"IHSG diperkirakan masih berpotensi menguji level support di 7.725-7.780 pada pekan ini. Peluang rebound akan lebih terbuka jika IHSG kembali di atas level psikologis 8.000," ujar Kepala Riset Phintraco Sekuritas Ratna Lim dalam kajiannya.

Baca juga: Harga Emas Antam Turun di Awal Pekan, Segram Jadi Rp2.415.000

Dari dalam negeri, pelaku pasar bersikap wait and see terhadap pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada pekan ini, yang menurut konsensus akan menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 4,5 persen.

Selain itu, BI akan merilis data pertumbuhan kredit bulan September 2025 pada Rabu (22/10) dan data M2 Money Supply September 2025 pada Kamis (23/10).

Dari mancanegara, penutupan (shutdown) pemerintah Amerika Serikat (AS) masih berlangsung dan membuat rilis data- data ekonomi tertunda, sehingga membuat investor lebih mencermati data yang dikeluarkan oleh swasta pada akhir- akhir ini.

Di sisi lain, Menteri Keuangan AS menyatakan akan berbicara dengan mitra dagang dari China. Selain itu, Presiden Donald Trump mengatakan bahwa pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping pada akhir Oktober 2025 masih mungkin terjadi.

Komentar tersebut menimbulkan harapan bahwa tarif tambahan 100 persen terhadap China pada 1 November 2025 mungkin tidak akan terjadi.

Baca juga: Harga Emas di Pegadaian 20 Oktober 2025: Galeri24, Antam dan UBS Kompak Stabil

Pada pekan ini, perhatian pelaku pasar masih akan tertuju pada perkembangan perang dagang antara AS dan China, serta earning season kuartal III-2025 yang akan mempengaruhi pergerakan di bursa Wall Street, AS.

Pada perdagangan Jumat (17/10) pekan kemarin, bursa saham Eropa ditutup melemah, diantaranya Euro Stoxx 50 melemah 0,79 persen, indeks FTSE 100 Inggris melemah 0,86 persen, indeks DAX Jerman turun 1,82 persen, serta indeks CAC Prancis melemah 0,18 persen.

Bursa saham AS di Wall Street ditutup menguat pada Jumat (17/10), diantaranya indeks S&P 500 menguat 0,53 persen ke 6.664,79, indeks Nasdaq menguat 0,65 persen ke 24.817,95, dan Dow Jones menguat 0,52 persen ke 46.190,61.

Bursa saham regional Asia pagi ini, antara lain indeks Nikkei menguat 1.365,74 poin atau 2,82 persen ke 48.927,00, indeks Shanghai menguat 23,79 poin atau 0,63 persen ke 3.863,78, indeks Hang Seng menguat 581,15 poin atau 2,28 persen ke 25.833,55, dan indeks Strait Times melemah 27,27 poin atau 0,63 persen ke 4.328,35.

Baca juga: Museum Louvre Dibobol dalam Waktu 4 Menit, Ini Daftar Barang yang Berhasil Dicuri

Sementara itu, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Senin 20 Oktober 2025 di Jakarta menguat sebesar 17 poin atau 0,10 persen menjadi Rp16.573 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.590 per dolar AS.

x|close