IHSG Dibuka Hijau, Rupiah Menguat Rp16.584 per Dolar AS

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 15 Okt 2025, 10:32
thumbnail-author
Muslimin Trisyuliono
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Seorang pekerja melihat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (28/6/2024). Seorang pekerja melihat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (28/6/2024). (ANTARA FOTO/Erlangga Bregas Prakoso/tom)


Ntvnews.id
, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu pagi 15 Oktober 2025 bergerak menguat seiring sinyal pemangkasan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed.

Dikutip dari Antara, IHSG dibuka menguat 40,78 poin atau 0,51 persen ke posisi 8.107,30.

Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 5,90 poin atau 0,76 persen ke posisi 777,79.

"Diperkirakan IHSG berpotensi melanjutkan koreksi dan menguji level support di 7.950-8.000," ujar Kepala Riset Phintraco Sekuritas Ratna Lim dalam kajiannya.

Baca juga: Harga Emas Antam Hari Ini Naik Lagi, Segram Tembus Rp2.383.000

Dari mancanegara, China memperketat kontrol atas sektor pelayaran global dengan menjatuhkan sanksi terhadap lima anak usaha Hanwha Ocean asal Korea Selatan di AS.

Langkah itu melarang individu dan entitas di China berbisnis dengan perusahaan yang terdampak, dengan alasan untuk memperkuat keamanan nasional.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengkritik China karena tidak membeli kedelai AS, dan mengancam mempertimbangkan untuk mengakhiri bisnis dengan China terkait minyak goreng.

Namun demikian, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan Presiden AS Donald Trump tetap berada di jalur yang tepat untuk bertemu dengan pemimpin China Xi Jinping di Korea Selatan pada akhir Oktober 2025.

Di sisi lain, dalam pidatonya pada Selasa (14/10/2025), Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa The Fed hampir mencapai titik dimana harus mempertimbangkan mengakhiri program pengetatan kuantitatif atau pengurangan portofolio obligasi.

Baca juga: Purbaya Yakin Ekonomi Bisa Tumbuh 5,7 Persen Jika Program Perumahan Berjalan Sukses

Powell juga mengisyaratkan bahwa tarif dapat memicu hilangnya lapangan kerja apabila The Fed terlalu lambat dalam memangkas suku bunga.

Dari dalam negeri, defisit APBN hingga September 2025 sebesar 1,56 persen dari PDB atau setara Rp371.5 triliun, melebar dari Agustus 2025 yang sebesar 1,35 persen dari PDB. Namun defisit itu masih lebih rendah dibandingkan dengan target defisit APBN 2025 yang sebesar 2,78 persen.

Pelaku pasar akan mencermati data Foreign Direct Investment kuartal III-2025 pada Rabu (15/10), yang diperkirakan turun 6 persen setelah di kuartal II-2025 turun 7 persen.

Pada perdagangan Selasa (14/10/2025), bursa saham Eropa ditutup mayoritas melemah, diantaranya Euro Stoxx 50 melemah 0,16 persen, indeks FTSE 100 Inggris menguat 0,10 persen, indeks DAX Jerman melemah 0,62 persen, serta indeks CAC Prancis melemah 0,18 persen.

Bursa saham AS di Wall Street ditutup variatif pada perdagangan Selasa (14/10/2025) , diantaranya S&P 500 melemah 0,2 persen ke 6.644,31, indeks Nasdaq melemah 0,8 melemah ke 22.521,70, sementara Dow Jones menguat 0,4 persen ke 46.270,46

Bursa saham regional Asia pagi ini, antara lain indeks Nikkei menguat 599,64 poin atau 1,28 persen ke 47.477,80, indeks Shanghai menguat 17,46 poin atau 0,44 persen ke 3.882,25, indeks Hang Seng menguat 389,32 poin atau 1,53 persen ke 25.802,50, dan indeks Strait Times menguat 13,12 poin atau 0,31 persen ke 4.367,07.

Sementara itu, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Rabu (15/10) di Jakarta menguat sebesar 19 poin atau 0,11 persen menjadi Rp16.584 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.603 per dolar AS.

x|close