Ntvnews.id, Bangkok - Jumlah warga sipil Kamboja yang meninggal dunia akibat eskalasi konflik perbatasan dengan Thailand dilaporkan meningkat menjadi 30 orang. Data tersebut disampaikan oleh Menteri Informasi Kamboja, Neth Pheaktra.
Dilansir dari Xinhua, Jumat, 26 Desember 2025, menyebut sebanyak 87 orang lainnya dilaporkan mengalami luka-luka akibat bentrokan tersebut.
Perselisihan batas wilayah yang telah berlangsung puluhan tahun antara Thailand dan Kamboja berubah menjadi bentrokan bersenjata pada 24 Juli. Sejak saat itu, kedua negara bertetangga tersebut saling melancarkan tembakan artileri hingga serangan udara.
Baca Juga: Indonesia Torehkan Rekor Dunia dan SEA Games di Thailand 2025, Angkat Besi Jadi Sorotan
Baik pihak Thailand maupun Kamboja sama-sama melaporkan adanya korban jiwa dalam konflik ini, termasuk dari kalangan warga sipil.
Pada 4 Agustus lalu, kedua negara menyatakan gencatan senjata secara segera. Kesepakatan tersebut kemudian diperkuat dengan perjanjian resmi mengenai mekanisme pelaksanaannya yang disepakati beberapa hari setelahnya.
Arsip foto - Kendaraan militer di parkir di dekat perbatasan Thailand-Kamboja di provinsi Surin, Thailand pada 3 November 2025.Selama KTT APEC di Malaysia, para pemimpin Thailand dan Kamboja menandatangani kesepakatan gencatan senjata yang ditingkatk (Antara)
Meski demikian, ketegangan kembali memanas di sepanjang perbatasan Thailand–Kamboja sejak awal Desember. Kedua belah pihak saling menuding telah terjadi pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata.
Dampak serangan yang terjadi di sejumlah provinsi perbatasan Thailand akibat aksi militer Kamboja dilaporkan menewaskan sedikitnya 22 orang, melukai 140 orang lainnya, serta memaksa sekitar 140 ribu warga mengungsi dari wilayah yang dinilai rawan.
Arsip Foto - Tentara Kamboja berjaga di kawasan perbatasan Oddar Meanchey, Kamboja, Jumat 29 Agustus 2025. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa/am. (Antara)