Kemendukbangga Koordinasi Izin Pegawai Ikuti Gerakan Ayah Mengambil Rapor

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 19 Des 2025, 16:39
thumbnail-author
Naurah Faticha
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN Wihaji meninjau pelaksanaan Gerakan Ayah Mengambil Rapor di SMAN 61 Jakarta, Jumat, 19 Desember 2025. ANTARA/Tri Meilani Ameliya. Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN Wihaji meninjau pelaksanaan Gerakan Ayah Mengambil Rapor di SMAN 61 Jakarta, Jumat, 19 Desember 2025. ANTARA/Tri Meilani Ameliya. (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN melakukan koordinasi dengan berbagai pihak, baik instansi pemerintah maupun sektor swasta, guna memastikan para pegawai mendapatkan izin untuk mengikuti Gerakan Ayah Mengambil Rapor (GEMAR).

Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN Wihaji mengatakan koordinasi tersebut sudah mulai dilakukan dengan kementerian dan lembaga terkait, serta akan dilanjutkan secara bertahap dengan perusahaan swasta.

"Kami sudah koordinasi dengan kementerian terkait. Untuk perusahaan-perusahaan, nanti pasti step by step kita juga koordinasi dengan mereka," ujar Menteri Wihaji usai meninjau pelaksanaan Gerakan Ayah Mengambil Rapor di SMAN 61 Jakarta, Jumat, 19 Desember 2025.

Ia menjelaskan, langkah koordinasi ini penting agar para ayah yang bekerja sebagai pegawai tidak mengalami konsekuensi saat menjalankan program tersebut.

Baca Juga: Mendukbangga: GEMAR Bisa Diikuti Sosok Pengganti Ayah

"Nanti jangan sampai gara-gara mengambil rapor dipecat jadi karyawan. Jangan sampai nanti gara-gara mengambil rapor dipotong uangnya," ujar dia.

Menteri Wihaji menambahkan, Gerakan Ayah Mengambil Rapor dihadirkan untuk memastikan keterlibatan ayah dalam pengasuhan serta pendidikan anak. Selain itu, program tersebut juga diharapkan dapat menciptakan kenangan positif dan berkesan bagi anak-anak Indonesia.

Sebelumnya, ia menyoroti masih rendahnya peran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak. Berdasarkan data yang dimilikinya, sekitar 25,8 hingga 26 persen anak di Indonesia kehilangan peran ayah.

Baca Juga: Mendukbangga: Ayah Terlibat Bisa Bentuk Anak Jadi Tangguh

Ia menyebutkan, masih terdapat ayah yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan ponsel pintarnya dibandingkan berinteraksi dengan anak. Kondisi serupa juga terjadi pada anak yang lebih sering bermain gawai dibandingkan berkomunikasi dengan ayahnya, sehingga kedekatan emosional tidak terbangun dengan baik.

"Sekarang, anak-anak susah dibilangi (dinasehati). Gimana enggak susah? Bapak-Bapak jarang ajak ngobrol anaknya, lebih asik anak itu ngobrol dengan handphone-nya," ujar Menteri Wihaji.

Untuk mencegah hal tersebut, ia mengimbau para ayah agar mulai meluangkan waktu secara bertahap untuk mengasuh dan mendidik anak. Salah satunya dengan menyempatkan diri hadir dua kali dalam setahun saat pengambilan rapor anak.

(Sumber: Antara) 

x|close