Avatar: Fire and Ash Tampilkan Suku Ash yang Brutal dan Konflik Baru di Pandora

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 17 Des 2025, 09:36
thumbnail-author
Dedi
Penulis & Editor
Bagikan
Avatar: Fire and Ash Avatar: Fire and Ash (20th Century Studios)

Ntvnews.id, Jakarta - Avatar: Fire and Ash merupakan film ketiga dalam semesta AVATAR yang melanjutkan perjalanan emosional Jake Sully dan Neytiri setelah kehilangan putra sulung mereka. Luka batin itu belum sepenuhnya pulih ketika ancaman baru muncul di Pandora, yakni Ash People, sebuah suku Na’vi yang keras, agresif, dan ambisius.

Kelompok ini dipimpin oleh seorang pejuang perempuan yang kejam dan tanpa kompromi, serta mengambil keputusan ekstrem dengan berpihak kepada manusia dari Bumi. Pada saat yang sama, Jake kembali berhadapan dengan musuh lamanya, Miles Quaritch, yang kini memiliki motivasi pribadi untuk berdamai dengan putranya yang terasing, Spider.

Sebagai tontonan fiksi ilmiah berskala epik, Avatar: Fire and Ash menghadirkan sejumlah momen visual yang mengesankan. Namun demikian, durasi film terasa terlalu panjang, terutama pada paruh kedua yang dipenuhi pertempuran berulang hingga menimbulkan kelelahan, ditambah penjelasan berlebihan mengenai sosok dewi alam yang tak berpribadi dan tak terlihat, yang disembah oleh masyarakat adat Pandora beserta arwah leluhur mereka.

Perjalanan Avatar

Cerita dibuka dengan suasana duka keluarga Jake Scully dan Neytiri yang masih berusaha menerima kematian anak sulung mereka dalam pertempuran klimaks melawan “Sky People” dari Bumi pada film AVATAR sebelumnya. Kehidupan keluarga ini turut diwarnai kehadiran Spider, anak manusia yang mereka adopsi, sekaligus anak biologis dari musuh bebuyutan Jake yang telah tewas, Kolonel Miles Quaritch.

Spider masih berjuang menemukan jati diri dan posisinya di antara saudara-saudaranya. Salah satu di antaranya adalah Kiri, remaja yatim piatu yang juga diadopsi, yang disebut-sebut lahir dari peristiwa kelahiran perawan yang berkaitan dengan ilmuwan perempuan dari film pertama, Grace Augustine. Kiri digambarkan memiliki ikatan khusus dengan All-Mother, Eywa, sosok dewi impersonal yang dipercaya hadir dalam seluruh kehidupan tumbuhan Pandora, baik di darat maupun di laut.

Karena Spider adalah manusia dan bukan Na’vi berkulit biru, ia harus selalu menggunakan masker pernapasan. Kekhawatiran Jake dan Neytiri muncul karena mereka merasa Spider tidak sepenuhnya aman jika terus tinggal bersama klan karang di wilayah laut tempat keluarga ini bermukim.

Untuk itu, sekelompok “Wind Traders” setuju membantu memindahkan Spider dan keluarga tersebut menuju habitat hutan dari klan Na’vi lain, yang diam-diam memberikan perlindungan kepada sekelompok ilmuwan manusia pemberontak.

Avatar: Fire and Ash <b>(20th Century Studios)</b> Avatar: Fire and Ash (20th Century Studios)

Perjalanan menuju wilayah hutan itu tidak berjalan mulus. Serangan datang dari suku Ash People, yang sebelumnya kehilangan habitat akibat letusan gunung berapi. Kehancuran tersebut membuat mereka, termasuk pemimpin mereka yang bernama Verang, merasa ditinggalkan oleh All-Mother dan akhirnya menanggalkan keyakinan mereka terhadap Eywa.

Sementara itu, “Sky People” dari Bumi yang kian sekarat kembali mengonsolidasikan kekuatan bersama pemimpin militer mereka setelah kekalahan pada film kedua. Rencana besar pun disusun, berupa serangan lanjutan untuk menaklukkan penduduk asli Pandora, termasuk sekelompok paus cerdas yang otaknya mengandung zat langka untuk menghentikan penuaan manusia.

Ambisi manusia Bumi juga mencakup upaya menemukan cara agar manusia dapat bernapas di Pandora tanpa masker oksigen, sehingga kolonisasi planet tersebut bisa terwujud sepenuhnya.

Pada waktu yang bersamaan, klon hibrida alien-manusia yang membawa ingatan Kolonel Quaritch kembali muncul dengan tekad membalas dendam kepada Jake. Harapan besarnya adalah membuat Spider meninggalkan Na’vi dan memilih bergabung dengannya setelah Jake tersingkir.

Serangkaian plot twist kemudian mengalir hingga mengarah pada pertempuran klimaks antara “Sky People” melawan penduduk serta makhluk-makhluk Pandora. Skala konflik yang ditampilkan terasa megah dan ambisius, meski intensitasnya tidak selalu seimbang.

Review Avatar

Avatar: Fire and Ash <b>(20th Century Studios)</b> Avatar: Fire and Ash (20th Century Studios)

Sebagai film petualangan fiksi ilmiah epik, Avatar: Fire and Ash tetap menawarkan pengalaman sinematik yang mengesankan dari sisi visual. Akan tetapi, cerita berjalan terlalu panjang dan dipenuhi terlalu banyak karakter serta suku pribumi. Pertempuran besar yang mendominasi sekitar satu jam terakhir terasa repetitif dan kehilangan ketegangan.

Walaupun fokus utama cerita berada pada Jake, Neytiri, dan keluarga mereka, jumlah karakter pendukung sangat banyak, mulai dari empat anak yang masih hidup, termasuk Spider, hingga sahabat-sahabat alien serta figur kakek-nenek. Selain Spider dan Kiri, pengembangan karakter terasa minim, sehingga deretan wajah alien biru dan nama-nama asing justru berpotensi menjauhkan penonton.

Bagian tengah film menjadi segmen yang paling menarik, khususnya ketika Jake dan Spider ditangkap dan ditahan di kompleks besar milik “Sky People”, lalu keluarga serta berbagai klan harus bersatu untuk menyelamatkan mereka, dengan bantuan tak terduga dari dua atau lebih manusia simpatik yang tinggal di dalam kompleks tersebut.

Pada akhirnya, Avatar: Fire and Ash menampilkan pandangan dunia pagan yang terasa campur aduk. Nilai keluarga memang ditonjolkan dengan cukup kuat, tetapi film ini juga sarat dengan unsur mistik tentang pemujaan terhadap dewi alam yang impersonal dan jauh.

Salah satu adegan memperlihatkan para penyintas berkumpul di sekitar pohon suci setelah pertempuran besar dan berkomunikasi dengan orang-orang yang telah meninggal, termasuk putra Jake yang gugur.

x|close