Sekjen NATO Sebut Eropa Bisa Jadi Target Serangan Rusia Selanjutnya

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 15 Des 2025, 10:50
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Dedi
Editor
Bagikan
Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte. Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte. (AP)

Ntvnews.id, Berlin - Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Mark Rutte, tmemaparkan gagasan utama mengenai arah masa depan aliansi dalam forum Munich Security Conference (MSC).

Salah satu poin yang ia tekankan adalah peran negara-negara Eropa yang dinilai harus memikul tanggung jawab lebih besar, seiring Amerika Serikat yang selama puluhan tahun menjadi penopang utama aliansi militer dinilai semakin sulit diprediksi.

Dokumen Strategi Keamanan Nasional terbaru Amerika Serikat sempat mengejutkan sekutu NATO di Eropa. Dalam dokumen tersebut, Uni Eropa digambarkan lemah, terbebani persoalan migrasi, dan tidak lagi dianggap sebagai mitra utama Washington.

Rutte berupaya meredakan ketegangan saat bertemu Kanselir Jerman Friedrich Merz di Berlin dengan menegaskan bahwa dokumen itu tetap menunjukkan komitmen Amerika terhadap keamanan Eropa. "AS tetap pada kewajibannya di NATO," kata mantan Perdana Menteri Belanda itu.

Namun demikian, muncul pertanyaan apakah saat ini merupakan momentum yang tepat untuk merumuskan ulang visi keamanan Eropa. Situasi ini dinilai krusial, terutama bagi masa depan Ukraina yang masih berada di bawah invasi Rusia.

Baca Juga: NATO Tantang Putin Soal Perdamaian Ukraina

Muncul pula kekhawatiran apakah Amerika Serikat yang selama beberapa dekade menjadi pelindung Eropa akan mengorbankan Ukraina, bahkan negara-negara anggota NATO di kawasan tersebut. Merz menegaskan perubahan zaman yang dihadapi dunia saat ini.

"Sekarang, tak ada lagi yang seperti dulu. Kita hidup di dunia berbeda, di masa berbeda—dan masa ini membutuhkan jawaban yang berbeda dari sebelumnya."

Jawaban yang berbeda tersebut, untuk sementara, diwujudkan dalam bentuk manajemen konflik. Negara-negara Eropa berupaya menekan biaya politik dan keamanan dari rencana Amerika Serikat terkait perdamaian Ukraina. Merz kembali menegaskan sikap Eropa.

"Kami menginginkan gencatan senjata yang akhirnya menghentikan perang mengerikan ini setelah hampir empat tahun. Gencatan itu harus dijamin secara hukum dan material." jelasnya.

Menurutnya, jaminan keamanan itu harus melibatkan NATO, Uni Eropa, serta Amerika Serikat. "Hasil negosiasi harus pula melindungi kepentingan keamanan Eropa. Tidak boleh merugikan UE dan NATO."

Pertanyaan berikutnya adalah apakah para pemimpin Eropa seperti Merz, Rutte, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mampu mewujudkan upaya tersebut. Rencana yang sebelumnya disusun pemerintahan Trump berisi 28 poin dan dinilai terlalu menguntungkan Moskow, hingga memunculkan spekulasi bahwa rancangan itu turut dipengaruhi Rusia.

NATO <b>(NATO)</b> NATO (NATO)

Walaupun rencana tersebut kini tidak lagi menjadi rujukan utama, Presiden AS Donald Trump belakangan mendesak Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk segera menggelar pemilu di tengah perang guna membuktikan legitimasi proses perundingan. Zelensky menyatakan kesiapannya, meski hal itu berarti harus mengamandemen konstitusi. Saat ini, Ukraina dilaporkan telah menyerahkan rancangan proposal perdamaian alternatif kepada Amerika Serikat.

Di saat Merz dan Rutte berdiskusi, beredar berbagai spekulasi di Berlin mengenai agenda dalam beberapa hari ke depan. Disebutkan bahwa pada Senin, 15 Desember 2025, Keir Starmer dan Emmanuel Macron akan berkunjung ke Berlin untuk bertemu Merz.

Terkait kemungkinan kehadiran utusan Washington, Merz hanya menyebut bahwa pada akhir pekan ini seluruh pihak kembali mengkaji sebuah “rencana” terkait wilayah timur Ukraina yang mungkin harus diserahkan kepada Rusia demi mengakhiri perang sebuah tuntutan berat bagi Kyiv, meski dinilai sulit dihindari.

Baca Juga: Ratusan Juta Data Ponsel di Eropa Bobol dan Dijual, Termasuk Milik Pejabat Nato

Dalam forum MSC di Perwakilan Negara Bagian Bayern di Berlin, Rutte memperingatkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin tidak akan berhenti di Ukraina.

"Kita adalah target berikutnya," ujarnya. Ia menilai infrastruktur di Eropa Barat hampir setiap hari menjadi sasaran serangan, sementara disinformasi dan penggunaan drone terus memicu ketakutan.

"Tapi terlalu banyak dari kita yang belum melihat urgensinya. Terlalu banyak yang masih percaya waktu berpihak pada kita. Padahal tidak." jelasnya.

Rutte menekankan bahwa negara-negara NATO harus membayangkan diri berada dalam “mode perang” dan mempercepat kesiapan pertahanan masing-masing.

Menurutnya, untuk saat ini hanya ada satu sosok yang mampu menghentikan Putin, yakni Presiden AS Donald Trump. Karena itu, Eropa dinilai perlu kembali meyakinkan penghuni Gedung Putih, sebagaimana yang telah dilakukan berkali-kali sebelumnya, dengan hasil yang diharapkan mulai terlihat dalam beberapa hari mendatang.

x|close