Turkiye Nilai ISIS Tak Lagi Jadi Ancaman Sistematis, Namun Dimanfaatkan Negara Lain

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 14 Des 2025, 14:00
thumbnail-author
Satria Angkasa
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Arsip foto - Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan. (ANTARA/Anadolu/py.) Arsip foto - Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan. (ANTARA/Anadolu/py.) (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Luar Negeri Turkiye Hakan Fidan menyatakan bahwa kelompok ekstremis Negara Islam (ISIS) saat ini tidak lagi menjadi ancaman sistematis, tetapi justru kerap dimanfaatkan oleh sejumlah negara sebagai instrumen untuk mencapai kepentingan politik tertentu. Pernyataan tersebut disampaikan Fidan pada Sabtu 13 Desember 2025.

"ISIS kini sudah melemah dan tidak menimbulkan ancaman sistematis ... Kami tidak menyangkal bahwa mereka adalah ancaman yang harus diperangi, tetapi sebagai kelompok perlawanan, kami dapat katakan bahwa reaksi terhadap tindakan ISIS tidak proporsional dengan ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok itu," kata Menlu Turkiye kepada saluran TVnet.

"Ini sebenarnya terkait dengan tujuan lain. ISIS telah menjadi alat yang nyaman yang dieksploitasi oleh semua orang," tambahnya.

Fidan menuturkan bahwa hanya segelintir negara yang memanfaatkan ISIS untuk mengejar kepentingan politik mereka masing-masing. Ia juga menambahkan bahwa kelompok tersebut sebelumnya turut dieksploitasi oleh mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Baca Juga: Aceh–Pakistan–Rusia–Aceh dalam 6 Hari, Prabowo Pimpin Krisis Bencana dan Diplomasi Global Tanpa Jeda

Terkait serangan ISIS terhadap militer Amerika Serikat dan Suriah di Kota Palmyra, Suriah, pada Sabtu 13 Desember 2025, Fidan menilai aksi tersebut sebagai bentuk “provokasi.”

Sebelumnya pada hari yang sama, Pentagon melaporkan bahwa dua anggota militer AS dan satu penerjemah sipil tewas, sementara tiga orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan di Palmira, Suriah.

Menurut juru bicara Kementerian Dalam Negeri Suriah, salah seorang anggota ISIS melakukan serangan terhadap personel militer di wilayah Palmira.

Palmira, yang dalam bahasa Arab dikenal sebagai Tadmur, merupakan kota bersejarah yang memiliki jejak arkeologis sejak era Neolitik atau Zaman Batu Muda.

 

(Sumber : Antara)

x|close