Emisi Karbon Global Diperkirakan Pecahkan Rekor Tertinggi pada 2025

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 14 Nov 2025, 16:09
thumbnail-author
Naurah Faticha
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Sejumlah kendaraan dan pengendara melintas di sebuah jalan saat kabut asap menyelimuti wilayah Lahore, Pakistan pada 12 November 2024. ANTARA/Xinhua/Sajjad Sejumlah kendaraan dan pengendara melintas di sebuah jalan saat kabut asap menyelimuti wilayah Lahore, Pakistan pada 12 November 2024. ANTARA/Xinhua/Sajjad (Antara)

Ntvnews.id, Belem - Emisi karbon dioksida (CO2) global dari pembakaran bahan bakar fosil diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi pada 2025, meningkat 1,1 persen dibandingkan 2024. Hal ini disampaikan dalam sebuah studi yang dibahas pada Kamis, 13 November 2025, dalam Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-30 (COP30) di Belem, Amazon, Brasil.

Anggaran Karbon Global 2025, yang disusun oleh konsorsium ilmiah internasional Global Carbon Project, memperkirakan emisi CO2 dari bahan bakar fosil akan mencapai 38,1 miliar ton tahun ini. Lonjakan ini disebabkan oleh pertumbuhan permintaan energi global yang masih melebihi pengembangan energi terbarukan.

Laporan tersebut memperingatkan bahwa target membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius tampaknya tidak mungkin tercapai dengan kondisi saat ini. Selain itu, penyerap karbon alami, seperti lautan dan hutan, semakin melemah akibat perubahan iklim.

Baca Juga: PBB: Kadar CO2 di Atmosfer Bumi Tertinggi dalam Sejarah pada 2024

"Dengan emisi CO2 yang masih meningkat, menjaga pemanasan global di bawah 1,5 derajat Celsius kini tidak lagi memungkinkan," kata Profesor Pierre Friedlingstein dari University of Exeter, yang memimpin studi ini.

"Sisa anggaran karbon untuk (menjaga pemanasan global di bawah) 1,5 derajat Celsius, yakni 170 miliar ton karbon dioksida, akan habis sebelum 2030 jika laju emisi saat ini terus berlanjut. Kami memperkirakan perubahan iklim saat ini telah mengurangi kapasitas penyerapan karbon gabungan dari daratan dan lautan, sebuah pertanda jelas dari Planet Bumi bahwa kita perlu mengurangi emisi secara drastis," jelasnya.

Baca Juga: Menhut: Indonesia Siap Jadi Pemimpin Global Pengembangan Pasar Karbon

Meskipun sejumlah kemajuan telah dicapai, hal itu masih dinilai belum cukup.

"Upaya-upaya untuk mengatasi perubahan iklim sudah terlihat, dengan 35 negara berhasil mengurangi emisi sambil menumbuhkan ekonomi mereka," kata Corinne Le Quere, seorang profesor dari University of East Anglia.

Namun, ia memperingatkan, "kemajuan ini masih terlalu rapuh untuk mengarah pada penurunan emisi global yang berkelanjutan yang diperlukan untuk mengatasi perubahan iklim. Dampak yang muncul dari perubahan iklim terhadap penyerapan karbon sangat mengkhawatirkan dan semakin menekankan perlunya tindakan segera."

(Sumber: Antara)

x|close