Ntvnews.id, Phnom Penh - Kamboja pada Kamis, 13 November, mengevakuasi ratusan warga dari sebuah desa yang berada di wilayah perbatasan sengketa dengan Thailand. Langkah cepat ini dilakukan sehari setelah salah satu penduduk setempat dilaporkan tewas dalam insiden baku tembak antara kedua negara.
Dilansir dari CNA, Jumat, 14 November 2025, Penembakan yang terjadi pada Rabu itu berlangsung hanya dua hari setelah seorang tentara Thailand kehilangan kakinya akibat ledakan ranjau darat saat melakukan patroli di area perbatasan lainnya.
Thailand menyalahkan Kamboja atas ledakan tersebut dan kemudian mengumumkan penangguhan pelaksanaan sejumlah ketentuan gencatan senjata yang sebelumnya sebagian difasilitasi oleh Presiden AS Donald Trump.
Baca Juga: Konfik Pecah Lagi di Perbatasan Kamboja–Thailand
Perselisihan mengenai garis batas antara dua negara Asia Tenggara tersebut telah memicu konflik bersenjata lima hari pada akhir Juli, yang menelan korban puluhan tentara dan warga sipil. Meski demikian, situasi tetap tegang hingga kini.
Sejumlah ketentuan dalam perjanjian gencatan senjata yang lebih rinci dan ditandatangani bulan lalu belum sepenuhnya diterapkan. Dalam insiden terbaru, seorang pria Kamboja bernama Dy Nai dilaporkan menjadi korban tewas, sementara tiga lainnya mengalami luka.
Sekitar 250 keluarga dari desa Prey Chan di Provinsi Banteay Meanchey lokasi terjadinya penembakan dipindahkan ke sebuah kuil Buddha yang berada sekitar 30 kilometer dari garis perbatasan.
Informasi ini disampaikan oleh Ly Sovannarith, wakil gubernur provinsi tersebut. Desa yang sama sebelumnya juga pernah menjadi lokasi konfrontasi keras namun tanpa korban jiwa pada bulan September antara pasukan keamanan Thailand dan warga Kamboja.
Pada Kamis, Kementerian Pertahanan Kamboja memimpin tim pemantau gencatan senjata di perbatasan, yang turut melibatkan pejabat dari ASEAN. Perdana Menteri Hun Manet pada Rabu menyerukan adanya penyelidikan independen atas insiden penembakan tersebut demi memberikan keadilan bagi para korban.
Arsip foto - Tentara Kamboja berjaga di kawasan perbatasan Prey Chan, Banteay Meanchey, Kamboja (29/8/2025). Meski gencatan senjata telah diberlakukan, penjagaan ketat tetap dilakukan. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa. (Antara)
Gencatan senjata yang telah disepakati tampaknya mulai goyah sejak ledakan ranjau darat di awal pekan. Thailand menuduh Kamboja memasang ranjau baru yang dianggap melanggar kesepakatan, namun tuduhan ini dibantah oleh pihak Kamboja.
Thailand juga menyatakan akan menunda implementasi perjanjian gencatan senjata tanpa batas waktu. Selain itu, Bangkok menuntut permintaan maaf resmi, investigasi menyeluruh, serta langkah-langkah pencegahan agar insiden serupa tidak kembali terjadi.
Hun Manet menanggapi dengan menyebut bahwa insiden penembakan dipicu oleh tindakan provokatif dari pasukan Thailand. Ia menegaskan bahwa pasukan Thailand telah melakukan “berbagai aksi provokatif selama berhari-hari dengan tujuan memicu konfrontasi”. Meski demikian, ia memastikan bahwa Kamboja tetap berkomitmen menghormati ketentuan gencatan senjata yang berlaku.
Sementara itu, militer Thailand menuduh tentara Kamboja menembak ke arah distrik di Provinsi Sa Kaeo, Thailand timur. Thailand mengklaim bahwa pihak mereka hanya “melepaskan tembakan peringatan sebagai balasan”.
Baca Juga: Thailand-Kamboja Akhiri Konflik Perbatasan, Trump dan Anwar Ibrahim Jadi Saksi Perdamaian
Dalam pernyataan pada Rabu, 12 November 2025, juru bicara militer Thailand Mayor Jenderal Winthai Suvaree mengatakan, "Tuduhan Kamboja bahwa Thailand memulai tembakan, memprovokasi konflik, dan melanggar gencatan senjata sepenuhnya salah. Penembakan Kamboja dari wilayah sipil sebagai perlindungan merupakan penggunaan perisai manusia, melanggar prinsip-prinsip kemanusiaan, dan menunjukkan pengabaian total terhadap nyawa warga sipil Kamboja."
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja memiliki akar sejarah panjang sejak masa keduanya masih merupakan kerajaan besar yang sering berseteru. Sengketa perbatasan modern keduanya terutama dipengaruhi oleh peta tahun 1907 yang dibuat saat Kamboja berada di bawah kolonialisme Prancis peta yang dianggap Thailand tidak akurat.
Mahkamah Internasional pada 1962 telah memberikan kedaulatan kepada Kamboja atas wilayah yang mencakup kuil kuno Preah Vihear yang berusia sekitar 1.000 tahun. Putusan ini masih menyisakan luka sejarah di kalangan masyarakat Thailand.
Hingga kini, perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani Oktober lalu belum menetapkan langkah konkret untuk menyelesaikan akar sengketa perbatasan kedua negara, sehingga memicu kekhawatiran bahwa ketegangan akan terus berulang tanpa penyelesaian jangka panjang.
Perang Thailand vs Kamboja (ANTARA)