Dosen Kritik Ketimpangan Honor antara Akademisi dan Influencer, Cuman Dibayar Rp300 Ribu

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 6 Nov 2025, 15:37
thumbnail-author
Dedi
Penulis & Editor
Bagikan
Dosen Kritik Cuman Dibayar Rp300 Ribu Dosen Kritik Cuman Dibayar Rp300 Ribu (Instagram)

Ntvnews.id, Jakarta - Curhatan seorang dosen bernama Ahmad Junaidi mendadak viral di media sosial. Melalui akun X (Twitter) pribadinya, @junaydfloyd, Junaidi menuliskan pengalaman pribadi yang menggambarkan betapa timpangnya penghargaan antara akademisi dan influencer di ruang publik.

Thread yang juga disorot oleh akun @wwildcherry28 itu sontak menarik perhatian warganet. Junaidi bercerita bahwa ia diundang sebagai pembicara di sebuah acara berbayar. Ia menerima honor sebesar Rp300 ribu, jumlah yang menurutnya tidak sepadan dengan waktu, tenaga, dan kompetensinya.

“Ini bukan tentang duit Rp300 ribu yang mereka kasih untuk saya. Ini tentang menghargai waktu dan tenaga yang saya berikan,” tulisnya.

Baca Juga: Polisi Jambi Diduga Bunuh dan Perkosa Dosen

Ironinya, di acara yang sama, seorang influencer yang juga diundang justru mendapatkan bayaran hingga belasan juta rupiah, lengkap dengan berbagai fasilitas tambahan.

Padahal, latar belakang akademik Junaidi yang bergelar doktor dari Monash University sangat relevan dengan tema acara tersebut. Ia bahkan turut membantu promosi kegiatan itu melalui akun Instagram pribadinya yang memiliki lebih dari 100 ribu pengikut.

Meski begitu, ia menegaskan bahwa persoalan ini bukan tentang besarnya uang yang diterima, melainkan soal cara pandang yang tidak adil terhadap profesi akademisi. Dalam cuitan lain, Junaidi juga menjelaskan bahwa ia kerap berbagi ilmu secara sukarela.

Baca Juga: Kelakar Purbaya ke Dosen Ekonomi Soal Cetak Uang dan Inflasi: Buka Lagi Bukunya!

“Bukan karena kurangnya uang, tapi karena kurangnya pemahaman tentang rasa hormat,” ujarnya.

“Selama saya ada waktu, gratis tanpa bayar pun saya akan dengan senang hati mengisi acara,” tulisnya.

Ia menambahkan bahwa selama delapan tahun, ia secara sukarela mengajar setiap akhir pekan tanpa bayaran.

“Saya tidak keberatan influencer dibayar lebih, tapi bukan berarti dosen harus dibayar jauh lebih sedikit,” tambahnya.

Pernyataan Junaidi ini menuai banyak dukungan, terutama dari kalangan akademisi dan mahasiswa. Banyak yang menganggap kisah tersebut mencerminkan realitas getir dunia pendidikan, profesi yang berperan mencerdaskan bangsa justru seringkali dihargai lebih rendah dibanding popularitas di dunia maya.

x|close