Ntvnews.id, Washington D.C - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menegaskan bahwa Israel berisiko kehilangan seluruh dukungan dari Amerika Serikat jika tetap melanjutkan rencana pencaplokan wilayah Tepi Barat, Palestina.
Ia menjelaskan bahwa pencaplokan itu tidak akan terjadi karena dirinya telah memberikan janji kepada negara-negara Arab, dan Amerika Serikat saat ini mendapatkan dukungan besar dari kawasan tersebut.
"Israel akan kehilangan seluruh dukungannya dari Amerika Serikat jika itu terjadi," katanya kepada harian Time saat ditanya mengenai konsekuensi jika Israel menganeksasi Tepi Barat.
Trump juga menambahkan bahwa selama kepemimpinannya, situasi di Timur Tengah akan menunjukkan perbaikan. Namun, ia memperingatkan bahwa kondisi bisa memburuk jika posisi presiden digantikan oleh sosok yang tidak mampu mendapatkan rasa hormat dari dunia internasional.
Baca Juga: Trump: Israel Akan Kehilangan Dukungan AS Jika Mencaplok Tepi Barat
"Jika presiden yang buruk datang, itu bisa berakhir dengan sangat mudah... Jika mereka menghormati presiden, itu akan menjadi perdamaian jangka panjang yang indah," katanya.
Sebelumnya, pada September lalu, Trump telah menegaskan bahwa ia tidak akan mengizinkan Israel mencaplok wilayah Tepi Barat.
Menurut laporan Axios yang mengutip sumber anonim, Gedung Putih telah memperingatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa jika konflik di Timur Tengah terus berlanjut, maka Israel akan semakin terisolasi dari komunitas internasional.
Trump juga diketahui mengajukan proposal perdamaian berisi 20 poin untuk Gaza pada 29 September. Rencana tersebut mencakup seruan gencatan senjata segera dengan syarat pembebasan sandera dalam waktu 72 jam.
Baca Juga: Pemerintahan Trump Khawatir Netanyahu Gagalkan Gencatan Senjata Gaza
Selain itu, usulan Trump tersebut menyarankan agar Hamas maupun kelompok bersenjata Palestina lainnya tidak dilibatkan dalam pemerintahan baru di Jalur Gaza. Pengelolaan wilayah itu diusulkan berada di bawah kendali komite teknokrat yang diawasi oleh badan internasional yang dipimpin oleh Trump.
Pada 9 Oktober, Israel dan Hamas akhirnya menyepakati tahap pertama dari rencana tersebut untuk menghentikan konflik bersenjata yang telah berlangsung dua tahun di Jalur Gaza.
Kemudian, pada 13 Oktober, Trump bersama Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi, Emir Qatar Tamim bin Hamad Al Thani, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menandatangani deklarasi gencatan senjata di wilayah Palestina tersebut.
Kesepakatan itu mencakup pembebasan 20 sandera Israel yang masih hidup dan telah ditahan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023. Sebagai gantinya, Israel membebaskan 1.718 tahanan Palestina dari Gaza serta 250 tahanan lainnya yang ditahan di berbagai penjara Israel.
Arsip - Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (ANTARA)