Ntvnews.id, Paris - Kepolisian Prancis tengah melakukan operasi pencarian besar-besaran setelah terjadinya pencurian permata mahkota (crown jewels) milik Prancis dari Museum Louvre, salah satu museum paling terkenal di dunia. Namun, para ahli memperingatkan bahwa benda-benda bersejarah tak ternilai itu kemungkinan sudah hilang untuk selamanya, karena bisa jadi telah dilebur, dipecah, atau dijual hanya dalam hitungan hari setelah dicuri.
Menurut pejabat penegak hukum dan spesialis kejahatan seni yang berbicara kepada Reuters, meskipun penyidik yakin dapat menangkap para pelaku, memulihkan kembali permatanya merupakan tantangan yang jauh lebih sulit.
“Begitu permata itu dipotong menjadi bagian-bagian kecil, semuanya selesai, tidak bisa kembali lagi,” kata Christopher Marinello, pendiri Art Recovery International, dikutip dari laman CNA, Selasa, 21 Oktober 2025.
“Kita tidak akan pernah melihat benda-benda itu utuh lagi.”
Pencurian Berani yang Guncang Prancis dan Pertanyakan Keamanan Museum
Perampokan yang terjadi pada hari Minggu di museum dengan pengunjung terbanyak di dunia ini disebut sebagai penghinaan nasional, serta memicu evaluasi mendesak terhadap sistem keamanan museum dan lembaga budaya di Prancis.
Baca Juga: Kronologi Pencurian Kilat di Museum Louvre Paris, Dibobol dalam Hitungan Menit
“Jika Anda bisa menargetkan Louvre—museum paling penting di dunia—dan berhasil kabur dengan permata mahkota Prancis, berarti ada yang salah dengan sistem keamanannya,”
ujar penyelidik seni Arthur Brand.
Pihak Museum Louvre sebelumnya sudah mengungkapkan kekhawatiran soal keterbatasan dana keamanan, terlebih karena dalam dua bulan terakhir, sedikitnya empat museum Prancis lainnya juga mengalami kasus pencurian.
Diyakini Dikerjakan oleh Komplotan Profesional
Penyelidikan kasus ini dipimpin oleh unit polisi khusus BRB, yang sebelumnya dikenal karena berhasil menangani kasus perampokan perhiasan Kim Kardashian pada tahun 2016. Tim tersebut kini tengah menganalisis rekaman CCTV dan mengaktifkan jaringan informan untuk memburu para pelaku.
Penyidik menduga, hanya jaringan kriminal profesional berskala kecil yang mampu melakukan pencurian dengan tingkat presisi seperti ini. Namun, para ahli menilai bahwa permata tersebut kemungkinan besar telah dipecah menjadi potongan-potongan kecil atau dilebur, sebelum dijual kembali di pusat perdagangan berlian seperti Antwerp.
Baca Juga: TNI AD Apresiasi Prajurit yang Gagalkan Aksi Pencurian di Jakarta Barat
“Ini perlombaan melawan waktu,” kata Brand.
“Komplotan semacam ini tahu bahwa mereka hanya punya waktu lima hingga enam menit sebelum polisi datang, kalau lebih lama dari itu, mereka akan kabur.”
Ancaman Serupa Mengintai Museum di Eropa
Seiring dengan pemangkasan anggaran lembaga budaya di Eropa, para pakar memperingatkan bahwa kasus pencurian museum tengah meningkat di berbagai negara.
“Jika koleksi Anda berisi perhiasan atau emas, Anda harus mulai khawatir,” ujar Marinello.
Konsultan keamanan menyerukan agar museum lebih fokus pada strategi perlambatan pencuri, misalnya dengan menambah penghalang fisik dan sistem penundaan waktu, ketimbang mencoba menciptakan perlindungan mutlak yang sulit diwujudkan.
Sementara itu, seorang direktur museum di Finlandia menilai bahwa kondisi ekonomi yang memburuk membuat banyak lembaga kesulitan meningkatkan keamanan.
“Kondisi ekonomi yang semakin ketat bukanlah dasar terbaik untuk melakukan investasi besar yang diperlukan guna mengurangi potensi ancaman,” ujarnya.