Ntvnews.id, Jakarta - Tim SAR gabungan akhirnya menghentikan pencarian tanda kehidupan di reruntuhan mushola Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Evakuasi korban terakhir, yang sekaligus menjadi korban ke-18, berhasil dilakukan pada Rabu, 1 Oktober 2025 sekitar pukul 20.22 WIB dalam kondisi selamat.
Setelah evakuasi tersebut, petugas menggunakan drone thermal untuk mendeteksi kemungkinan adanya korban yang masih hidup di balik puing-puing bangunan. Hasilnya, tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan.
“Secara ilmu pengetahuan itu tidak lagi ditemukan tanda-tanda kehidupan. Kami memberi waktu dari sore (kemarin sampai) tadi pagi,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, Kamis, 2 Oktober 2025.
Sejak Rabu malam, area reruntuhan telah disterilkan dari kebisingan, sehingga alat-alat deteksi dapat bekerja lebih optimal untuk menangkap suara-suara kecil yang mungkin berasal dari korban. Namun, hingga pagi hari, tidak ada indikasi adanya santri yang masih hidup.
Baca Juga: Pilihan Terakhir, Keluarga Korban Ponpes Al Khoziny Setujui Alat Berat untuk Evakuasi
“Tetapi ternyata sampai tadi pagi tidak ada (tanda kehidupan), akhirnya tim gabungan memutuskan untuk masuk ke tahap selanjutnya,” ungkap Suharyanto.
Keputusan lanjutan ini adalah mengalihkan fase evakuasi dari penyelamatan hidup menjadi pengangkatan puing dengan alat berat. Lima unit crane telah disiapkan untuk proses ini.
“Tahap evakuasi pencarian dengan menggunakan alat berat tentu saja risikonya tidak mempertimbangkan lagi apabila ada yang masih selamat,” jelas Suharyanto.
Sebelum memulai pengangkatan reruntuhan menggunakan alat berat, tim SAR dan pihak berwenang telah berdiskusi dengan keluarga korban. Semua keluarga setuju agar proses evakuasi dilanjutkan menggunakan alat berat.
Baca Juga: Tim SAR Merayap 3 Jam Selamatkan Santri dari Reruntuhan Ponpes Al Khoziny
“Ada beberapa langsung sedih tapi tidak ada satu pun keluarga yang meminta kami melanjutkan pencarian terhadap korban yang hidup. Jadi mereka memutuskan agar kami mengevakuasi menggunakan alat berat,” jelasnya.
Berdasarkan data sementara, hingga kini terdapat sekitar 59 orang yang diduga masih terjebak di reruntuhan Ponpes Al Khoziny. Data ini berasal dari pendataan orang hilang yang hingga kini keberadaannya belum jelas.
Kepala BNPB menegaskan bahwa pihaknya terus menerima laporan data orang hilang, khususnya dari orang tua para santri, lengkap beserta foto masing-masing anak.
"Sementara terdata 59 orang. Di mana itu? Kita tidak tahu," kata Letjen TNI Suharyanto.
Dengan kondisi tersebut, fokus tim SAR kini sepenuhnya pada pengangkatan puing menggunakan alat berat, meski risiko kehilangan tanda kehidupan di dalam reruntuhan telah dipastikan sangat kecil.