Hasil Lab Sukabumi Ungkap Penyebab Keracunan Massal MBG, Banyak Ditemukan Hal Ini

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 25 Sep 2025, 11:19
thumbnail-author
Dedi
Penulis & Editor
Bagikan
Dapur untuk Makan Bergizi Gratis (MBG). (Foto: ANTARA/HO-Kementerian UMKM) Dapur untuk Makan Bergizi Gratis (MBG). (Foto: ANTARA/HO-Kementerian UMKM)

Ntvnews.id, Jakarta - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi merilis hasil pemeriksaan laboratorium terkait tiga kasus berulang dugaan keracunan makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Kasus tersebut menimpa ratusan pelajar di tiga kecamatan berbeda.

Hasil uji menunjukkan adanya kontaminasi jamur serta sejumlah bakteri berbahaya. Temuan laboratorium menegaskan bahwa faktor dominan penyebab masalah berasal dari praktik penyimpanan, pengolahan, hingga distribusi makanan yang belum sesuai standar higienis.

Kasus keracunan tercatat terjadi beruntun sejak Agustus hingga September 2025, dengan total 125 siswa terdampak. Rinciannya, 32 pelajar di Kecamatan Cidolog, 7 Agustus 2025, 24 pelajar di Parakansalak, 22 Agustus 2025, serta 69 pelajar di Cibadak pada September 2025.

Kepala Dinkes Kabupaten Sukabumi, Agus Sanusi, menyampaikan hasil pemeriksaan Balai Laboratorium Kesehatan Jawa Barat menunjukkan pola penyebab yang berbeda-beda di tiap lokasi, sehingga mengindikasikan sumber kontaminasi yang beragam.

Secara rinci, Agus menjelaskan pada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Cidolog, ditemukan kontaminasi Jamur Coccidioides Immitis pada semangka, bakteri Enterobacter cloacae pada tempe orek, serta Macrococcus caseolyticus pada telur dadar.

Baca Juga: Beredar Video Dapur Pembuat MBG di Sukabumi Pakai Air Sungai untuk Masak

“SPPG Parakansalak, ditemukan bakteri Bacillus Cereus pada sampel telur. Kemudian SPPG Cibadak, hasil pemeriksaan laboratorium masih menunggu,” ujar Agus dalam keterangannya, Rabu, 24 September 2025.

Agus menekankan, munculnya bakteri dan jamur pada sampel makanan diduga dipicu praktik penyimpanan dan pengolahan yang tidak sesuai kaidah.

"Bakteri dan jamur bisa mengkontaminasi bahan makanan dari proses penyimpanan bahan makanan pada suhu ruang yang terlalu lama," jelasnya.

Menurut Agus, faktor dominan yang ditemukan adalah proses penyiapan hingga distribusi makanan MBG yang belum memenuhi standar kebersihan. Masalah lain juga muncul dari manajemen waktu, mulai dari pemasakan, pengemasan, hingga pengiriman ke sekolah.

Baca Juga: Kritik Keterlibatan TNI di Program MBG, Ketua Komisi D DPRD Blora Akhirnya Minta Maaf

"Pengolahan dan distribusi makanan yang belum sesuai/belum higienis terutama jarak waktu dari pengolahan, pengemasan dan distribusi terlalu lama," terangnya.

Selain itu, Agus menyoroti adanya sekolah yang tidak langsung membagikan makanan MBG kepada siswa setelah makanan diterima. Meski demikian, ia memastikan kondisi kesehatan para pelajar yang sempat terdampak sudah tertangani dengan baik.

"Kondisi dari kasus sudah membaik dari 3 kejadian tidak ada pasien yang sampai dirujuk ke Rumah Sakit, semua ditangani oleh Puskesmas," tegasnya.

Menanggapi kasus berulang ini, Dinkes Kabupaten Sukabumi bersama Dinkes Provinsi, BPOM, dan Kementerian Kesehatan RI mengambil langkah pengawasan lebih ketat. Salah satunya dengan membentuk Tim Pembinaan dan Pengawasan Eksternal SPPG MBG.

Agus menjelaskan, pihaknya juga memberikan rekomendasi tegas bagi penyedia katering. Mereka diwajibkan memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS), memastikan tingkat kematangan dan suhu makanan sesuai standar, serta menjaga ketepatan waktu distribusi.

x|close