Ntvnews.id, Pyongyang - Kim Yo Jong, adik pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un, melontarkan kecaman keras terhadap latihan militer gabungan yang digelar Amerika Serikat (AS), Korea Selatan (Korsel), dan Jepang. Ia memperingatkan adanya "konsekuensi negatif" bagi ketiga negara tersebut akibat latihan bersama itu.
Latihan pertahanan tahunan yang dinamakan "Freedom Edge" dijadwalkan dimulai pada Senin, 15 September 2025 waktu setempat. Menurut militer Seoul, tujuan latihan ini adalah meningkatkan kemampuan operasional di udara, laut, dan dunia siber dalam menghadapi ancaman nuklir maupun rudal Korut.
Korut menanggapi dengan keras. Kim Yo Jong menyebut latihan gabungan tersebut sebagai "unjuk kekuatan yang sembrono".
"Ini mengingatkan kita bahwa unjuk kekuatan yang sembrono oleh AS, Jepang, dan Korea Selatan di tempat yang salah, yaitu di sekitar Republik Rakyat Demokratik Korea (nama resmi Korut, niscaya akan menimbulkan konsekuensi negatif bagi mereka sendiri," tegas Kim Yo Jong, dikutip dari Reuters, Selasa, 16 September 2025.
Baca Juga: Korea Selatan Berencana Produksi Massal Mobil Self-Driving pada 2030
Pernyataan itu dirilis melalui kantor berita resmi Korea Utara, Korean Central News Agency (KCNA), pada Minggu, 14 September 2025.
Selain "Freedom Edge", AS dan Korsel juga merencanakan latihan "tabletop" bernama "Iron Mace" pekan depan. Latihan tersebut bertujuan mengintegrasikan kemampuan konvensional dan nuklir dalam menghadapi potensi ancaman dari Pyongyang.
Secara terpisah, pejabat senior Partai Buruh Korea, Pak Jong Chon, juga memperingatkan melalui KCNA. Ia menegaskan bila "kekuatan musuh" terus melakukan latihan gabungan semacam itu, maka Korut akan merespons dengan tindakan balasan "dengan lebih jelas dan tegas".
Korut secara rutin mengecam latihan gabungan Korsel dan AS sebagai simulasi invasi, meskipun Seoul dan Washington menegaskan bahwa agenda itu murni defensif. Dalam beberapa kasus sebelumnya, Pyongyang menanggapi dengan melakukan uji coba senjata.
Baca Juga: Wamendagri: Pengelolaan Sampah di Indonesia Jauh dari Korea, Jepang dan Malaysia
Peringatan Kim Yo Jong muncul tidak lama setelah Kim Jong Un menyampaikan bahwa Korut akan mempercepat kebijakan untuk memperkuat persenjataan nuklir sekaligus militer konvensionalnya. Hal itu ia ungkapkan dalam pertemuan partai berkuasa, seperti dilansir AFP.
Sejak kegagalan pertemuan puncak dengan AS pada 2019, Korut berulang kali menegaskan tidak akan melepaskan senjata nuklirnya. Negeri itu bahkan secara resmi menyebut dirinya sebagai negara nuklir yang "tidak dapat diubah".
Dalam kunjungannya ke fasilitas penelitian senjata pekan lalu, Kim Jong Un menekankan bahwa Korut "akan mengajukan kebijakan untuk secara bersamaan mendorong pembangunan kekuatan nuklir dan angkatan bersenjata konvensional." Ia juga menyoroti pentingnya "memodernisasi" militer konvensional Korut.