Kronologi Driver Ojol Habisi Kekasih, Tubuh Dimutilasi Jadi 63 Bagian dan Dibuang ke Jurang

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 8 Sep 2025, 08:42
thumbnail-author
Dedi
Penulis
thumbnail-author
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
AM, pelaku mutilasi di Mojokerto, Jawa Timur. AM, pelaku mutilasi di Mojokerto, Jawa Timur. (Dok.)

Ntvnews.id, Jakarta - Kasus mengerikan mengguncang Surabaya dan Mojokerto. Seorang pengemudi ojek online berinisial A tega menghabisi nyawa kekasihnya, TAS (25), lulusan Universitas Trunojoyo Madura asal Lamongan.

Pembunuhan sekaligus mutilasi itu dilakukan di kamar kos pelaku di kawasan Lidah Wetan, Lakarsantri, Surabaya. Usai menghilangkan nyawa korban, tubuh perempuan malang tersebut dipotong-potong dan dibuang ke jurang di Desa Pacet Selatan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.

Kapolres Mojokerto, AKBP Ihram Kustarto, membenarkan peristiwa ini. "Iya benar, besok kita rilis," ujarnya, dilansir pada Senin, 8 September 2025.

Awal terungkapnya kasus ini bermula dari penemuan warga bernama Suliswanto (30), penduduk Dusun Pacet Selatan, Mojokerto. Saat mencari rumput untuk pakan ternak, ia menemukan potongan tubuh manusia.

Ia sempat mengira temuan awal hanyalah daging hewan liar. Namun setelah berjalan lebih jauh, ia terkejut melihat potongan kaki.

"Saat mencari rumput di bawah, saya menemukan (potongan kecil) daging, jarak sekitar dua meter ke arah timur ada potongan kaki," tuturnya.

Satu pekan sebelumnya, Suliswanto juga pernah menemukan potongan kecil daging, tapi diabaikan karena disangka sisa hewan dari kawasan hutan Tahura Raden Soerjo.

Temuan itu membuat polisi bergerak cepat. Tim Polres Mojokerto bersama Unit Inafis dan anjing pelacak K9 dari Polda Jatim melakukan penyisiran intensif.

Hasilnya mengejutkan, ditemukan 63 potongan tubuh manusia, terdiri dari jaringan otot, lemak, kulit kepala, pergelangan tangan kanan, dan kaki kiri. Kasat Reskrim Polres Mojokerto, AKP Fauzy Pratama, menjelaskan detail temuannya.

"Ditemukan potongan tubuh manusia total 63 buah jaringan, ukuran 17 cm x 17 cm berupa jaringan otot, lemak dan kulit kepala. Rambut hitam lurus panjang sekitar 14 cm. Selain itu, ditemukan juga potongan kaki kiri dan pergelangan tangan kanan," ujarnya.

Potongan telapak kaki berukuran 21 x 9 cm, sementara tangan kanan sekitar 16 x 10 cm. Temuan rambut lurus sepanjang 14 cm menguatkan dugaan korban adalah seorang perempuan.

Seluruh potongan tubuh ditemukan berserakan dalam radius 100–200 meter dari jalur penyelamat Sendi 1. Tidak ada pembungkus apa pun, sehingga diduga dibuang begitu saja dari jalan raya.

Potongan-potongan itu kemudian dievakuasi ke RS Bhayangkara Pusdik Porong untuk proses identifikasi dan autopsi. Dari sinilah identitas korban perlahan terungkap.

Polisi berhasil mengidentifikasi korban sebagai TAR (25), warga Desa Made, Lamongan. Meski lahir di Pacitan, ia sudah lama menetap di Surabaya setelah menyelesaikan kuliah di Universitas Trunojoyo. Identifikasi dilakukan lewat sidik jari menggunakan alat Mambis setelah polisi menemukan bagian tangan kiri korban.

"Kita baru mendapat petunjuk identitas korban setelah ditemukan pergelangan tangan," kata Fauzy.

Sekitar pukul 19.00 WIB, hasil pemindaian pun mengonfirmasi identitasnya. Namun pihak keluarga hanya bisa memberi sedikit informasi karena hubungan korban dengan mereka tidak terlalu intens.

"Tidak banyak informasi yang dapat diberikan oleh pihak keluarga. Karena korban dan keluarganya jarang berkomunikasi, mungkin ada satu dan lain hal yang tidak kami ketahui," jelas Fauzy.

Jejak kasus akhirnya mengarah pada A, pacar korban yang tinggal satu kos di Lidah Wetan. Ketua RT setempat, Heru Rusbiantoro, mengaku sempat melihat motor A di depan kos pada Jumat, 5 September 2025.

"Dia ditangkap sekitar pukul 01.00 WIB, dini hari tadi," ujarnya.

Pemilik kos, Budi, menyebut A sebagai penghuni pendiam yang sering menunda memberikan data diri. Sementara tetangga korban bernama Indah mengungkap bahwa hubungan A dan korban lebih dari sekadar pacaran.

"Dia sudah lima bulan indekos di sini. Orangnya pendiam. Bahkan saya minta kelengkapan datanya, dia selalu menundanya. Yang saya tahu seperti itu, mereka tinggal bersama indekos di sini sejak bulan April 2025," ujarnya.

x|close