Ntvnews.id, Jakarta - Robert Prevost telah resmi menggantikan mendiang Paus Fransiskus yang wafat pada 21 April 2025. Sosok yang kini dikenal sebagai Paus Leo XIV ini menjadi pemimpin Gereja Katolik yang baru, menandai momen penting dalam sejarah gereja.
Prevost merupakan warga negara Amerika yang juga memiliki kewarganegaraan Peru, menjadikannya Paus pertama dengan latar belakang tersebut. Pemilihannya secara resmi diumumkan melalui kepulan asap putih dari cerobong Kapel Sistina, simbol tradisional bahwa proses konklaf oleh para kardinal telah menghasilkan Paus baru.
Setelah lebih dari satu jam sejak pengumuman simbolis itu, Paus Leo XIV muncul di balkon utama Basilika Santo Petrus. Tampil di hadapan sekitar 50.000 umat yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus, ia disambut dengan tepuk tangan dan sorakan meriah yang menggema di antara kerumunan.
Momen ini menjadi awal resmi bagi kepemimpinannya dalam memandu umat Katolik di seluruh dunia. Prevost dikenal sebagai figur moderat dan pendukung reformasi, yang dianggap memiliki kedekatan visi dengan mendiang Paus Fransiskus.
Paus Soal LGBT
Meski demikian, namanya bukan termasuk dalam daftar kandidat utama yang diperhitungkan akan terpilih sebagai Paus. Ia juga belum banyak dikenal publik karena jarang menyampaikan pandangan secara terbuka mengenai isu-isu sensitif seperti LGBTQ+.
Meski begitu, laporan The New York Times mengungkap bahwa pada tahun 2012, ia sempat mengkritik industri hiburan karena dinilai memberikan simpati terhadap pandangan yang dianggap bertentangan dengan ajaran Injil, termasuk gaya hidup homoseksual dan struktur keluarga yang tidak konvensional.
Pemilihan Prevost sebagai Paus terjadi di tengah dinamika besar dalam Gereja Katolik, yang sedang menghadapi perdebatan internal mengenai arah ajarannya. Perpecahan muncul antara kelompok konservatif yang ingin mempertahankan doktrin lama dan mereka yang mendukung pendekatan yang lebih terbuka, seperti yang dilakukan oleh Paus Fransiskus selama masa kepemimpinannya.
Dalam sepuluh tahun terakhir, Paus Fransiskus mencoba mendorong Gereja agar lebih menerima kaum LGBTQ+ melalui berbagai pernyataan serta interaksi langsung dengan komunitas tersebut.
Paus Fransiskus dikenal karena pendekatannya yang empatik terhadap isu-isu LGBTQ+. Ia secara terbuka menyatakan bahwa homoseksualitas bukanlah sebuah kejahatan, dan menekankan pentingnya membedakan antara dosa dan tindakan kriminal.
Lebih jauh, ia bahkan memperbolehkan pemberkatan terhadap pasangan sesama jenis, meski tidak dalam konteks sakramen pernikahan. Di sisi lain, Paus Leo XIV masih menunjukkan sikap hati-hati terkait hal tersebut. Ia belum memberikan dukungan secara eksplisit, namun juga tidak menyatakan penolakan tegas terhadap pemberkatan tersebut.