Profil Paus Leo XIV, Pemimpin Baru Gereja Katolik Dunia dari Chicago AS

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 9 Mei 2025, 00:41
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Penulis & Editor
Bagikan
Kardinal Robert Prevost terpilih sebagai Paus baru. Kardinal Robert Prevost terpilih sebagai Paus baru. (Vatican Media)

Ntvnews.id, Vatikan - Asap putih mengepul dari cerobong Kapel Sistina pada Kamis, 8 Mei 2025, menandai terpilihnya pemimpin tertinggi baru Gereja Katolik. Setelah dua hari proses konklaf yang berlangsung tertutup di Vatikan, 133 kardinal akhirnya mencapai kesepakatan. Dunia pun menyaksikan momen bersejarah ketika Kardinal Robert Francis Prevost melangkah ke balkon Basilika Santo Petrus sebagai Paus ke-267, yang kini akan dikenal sebagai Paus Leo XIV.

Terpilihnya Prevost menorehkan sejarah tersendiri bagi Gereja Katolik. Ia menjadi Paus pertama yang berasal dari Amerika Serikat, sebuah negara dengan populasi Katolik besar namun belum pernah sebelumnya mengirimkan seorang Paus.

Dilansir dari laman Pillar Catholic, Jumat dini hari, 9 Mei 2025, pria berusia 69 tahun asal Chicago, Illinois ini dikenal sebagai sosok yang memiliki pandangan global, sejalan dengan arah reformasi yang telah dirintis oleh pendahulunya, Paus Fransiskus.

Prevost tumbuh di lingkungan keluarga religius di Chicago pada era 1960-an. Rumah keluarganya sering dikunjungi oleh para imam, sebagian besar tertarik oleh masakan lezat sang ibu, Mildred Martínez, yang berdarah Spanyol.

Baca Juga: Asap Putih Keluar dari Cerobong Kapel Sistina, Paus Baru Terpilih!

Namun ketertarikannya pada imamat tak hanya dipengaruhi oleh kedekatannya dengan para rohaniwan, melainkan juga karena teladan dari sang ayah, Louis Marius Prevost, seorang katekis keturunan Prancis dan Italia. Pengalaman positifnya sebagai misdinar dan siswa di sekolah paroki juga turut membentuk panggilannya.

Ketika mantap untuk menjadi imam, Prevost menghadapi keputusan penting: menjadi imam diosesan atau bergabung dengan sebuah tarekat religius. Ia akhirnya memilih bergabung dengan tarekat Augustinian, tertarik pada semangat kesatuan, komuni, dan ajaran Santo Agustinus dari Hippo.

Ia kemudian dikirim ke Roma untuk mendalami hukum kanonik di Angelicum, dan ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1982 oleh Uskup Agung Jean Jadot, yang saat itu menjabat pro-presiden Sekretariat Vatikan untuk Non-Kristen (kini disebut Dikasteri untuk Dialog Antaragama).

Setelah menyelesaikan studi, Prevost diutus ke Prelatur Teritorial Chulucanas di Peru bagian barat laut, wilayah yang memiliki keterkaitan erat dengan komunitas Augustinian dari AS. Ia menjelajahi seluruh wilayah negara tersebut, hutan, pegunungan, hingga pesisir, dan begitu mencintai Peru hingga akhirnya menjadi warga negara naturalisasi. Dalam satu dekade pengabdiannya, ia menjabat sebagai prior komunitas, direktur formasi, pengajar, vikaris yudisial, serta profesor.

Paus Leo <b>(Tangkapan Layar)</b> Paus Leo (Tangkapan Layar)

Pada tahun 1999, Prevost terpilih sebagai prior provinsial komunitas Augustinian wilayah Midwest. Namun pada masa kepemimpinannya, ia pernah menyetujui permintaan keuskupan agung untuk menempatkan seorang imam pelaku kekerasan seksual terhadap anak di sebuah pastoran yang hanya berjarak setengah blok dari sekolah Katolik, keputusan yang kemudian memicu kritik.

Tahun 2001, Prevost diangkat sebagai prior jenderal tarekat Augustinian sedunia selama dua periode enam tahun. Pada 2014, Paus Fransiskus menunjuknya sebagai administrator apostolik Keuskupan Chiclayo di Peru, dan setahun kemudian menjadi uskup keuskupan tersebut yang meliputi salah satu kota besar Peru serta wilayah kumuh dan pedesaan.

Namanya sempat terseret kontroversi saat beberapa umat menuduh Prevost gagal membuka investigasi atas dugaan kekerasan seksual oleh dua imam pada tahun 2022. Namun keuskupan membantah tuduhan itu dengan keras saat kasus ini mencuat ke publik pada 2024.

Pada 2020, ia ditunjuk sebagai anggota Dikasteri untuk Para Uskup dan kemudian dipercaya oleh Paus Fransiskus untuk memimpin lembaga itu, lembaga yang bertanggung jawab atas pemilihan uskup ritus Latin di seluruh dunia (kecuali wilayah misi).

Baca Juga: Kardinal Robert Prevost Terpilih Jadi Paus Amerika Serikat Pertama dengan Nama Paus Leo XIV

Saat ditawari jabatan tersebut oleh Paus, Prevost dengan rendah hati berkata, “Apakah Anda memutuskan mengangkat saya atau membiarkan saya tetap di tempat saya, saya akan bahagia; tetapi jika Anda meminta saya menjalankan peran baru di Gereja, saya akan menerimanya.”

Ketaatan itu berakar dari kaul yang diucapkannya saat masuk tarekat Augustinian. Ia pernah mendapatkan nasihat dari imam tua bijak yang mengatakan, “Sebagai anak muda, yang paling sulit adalah hidup selibat. Tapi nanti, kamu akan tahu bahwa yang paling sulit justru adalah hidup dalam ketaatan.”

Sejak saat itu, Prevost berkomitmen untuk selalu taat kepada apa pun yang diminta oleh Gereja.

Ketika berbincang mengenai jabatan barunya di Dikasteri untuk Para Uskup, Paus Fransiskus bahkan meminta, “Berdoalah agar saya membuat keputusan yang baik.” Dan pada 2023, Paus akhirnya menunjuknya sebagai prefek, menggantikan Kardinal Marc Ouellet.

Paus Leo <b>(cbcew.org.uk.)</b> Paus Leo (cbcew.org.uk.)

Dalam perannya, Prevost juga menjabat sebagai presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin, tugas yang sesuai dengan pengalaman pastoralnya di kawasan tersebut.

Sebagai prefek, ia bertugas memilih para uskup yang selaras dengan visi Paus Fransiskus: para pemimpin rohani yang memiliki relasi kuat dengan Allah, sesama uskup, para imam, dan umat. Namun tugas ini tak mudah karena makin banyak imam yang menolak ketika diminta menjadi uskup.

Beberapa bulan setelah menjabat sebagai prefek, Prevost menerima topi merah kardinal. Dalam sebuah wawancara, ia sempat bercanda menyayangkan bahwa ia tak punya banyak waktu luang.

“Saya sebenarnya cukup jago bermain tenis. Sejak meninggalkan Peru, saya jarang bisa latihan, jadi saya ingin kembali ke lapangan,” ujarnya.

Namun, dengan tanggung jawab sebagai Paus Leo XIV, tampaknya kesempatan itu harus ditunda cukup lama.

Dengan pengalaman pastoral lintas benua, semangat reformasi, dan komitmen mendalam terhadap ketaatan, Paus Leo XIV hadir membawa harapan besar bagi 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia. Banyak yang menantikan bagaimana ia akan meneruskan warisan Paus Fransiskus dan menavigasi Gereja dalam dinamika zaman modern.

x|close