Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa tahap studi kelayakan atau feasibility study (FS) untuk pembangunan 17 kilang minyak sudah berada di tahap akhir.
“Yang 17 kilang, sekarang FS-nya hampir final. Tim kami yang ke beberapa negara di Afrika dan Amerika sudah balik,” kata Bahlil saat ditemui di sela Rapat Koordinasi Persiapan Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025 di Kantor BKPM, Jakarta, Rabu.
Menurut Bahlil, kilang-kilang tersebut nantinya berbentuk kilang modular. Fasilitas ini merupakan unit kilang berskala kecil yang dapat dibangun lebih cepat dengan kebutuhan investasi modal lebih rendah dibandingkan kilang tradisional skala besar.
Baca Juga: Prabowo dan Menteri ESDM Bahas Percepatan Transisi Energi
Sebanyak 17 kilang modular itu akan tersebar di berbagai wilayah, mulai dari Jawa, Kalimantan, hingga Papua. “Jadi dia (kilang) itu modular, tersebar di spot-spot,” tambahnya.
Adapun Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional menargetkan 18 daerah untuk proyek kilang tersebut, antara lain Lhokseumawe, Sibolga, Natuna, Cilegon, Sukabumi, Semarang, Surabaya, Sampang, Pontianak, Badung (Bali), Bima, Ende, Makassar, Donggala, Bitung, Ambon, Halmahera Utara, dan Fakfak.
Baca Juga: Prabowo Terima Kunjungan Menteri Energi Emirat Arab Suhail
Rencana pembangunan 17 kilang minyak ini telah digodok sejak 29 Juli. Tujuannya adalah menekan impor bahan bakar minyak (BBM) sehingga bisa mengurangi beban subsidi energi yang selama ini menguras anggaran negara.
Pernyataan Bahlil tersebut sejalan dengan desakan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Selasa, 30 September 2025, Purbaya meminta PT Pertamina (Persero) segera membangun kilang baru.
Menurutnya, impor BBM menyedot anggaran dalam jumlah besar, sehingga nilai subsidi energi terus mengalami lonjakan dari tahun ke tahun. Ia juga menegaskan akan ikut serta mengawasi jalannya proyek-proyek yang digagas Pertamina.
“Jadi, saya bukan juru bayar saja. Saya akan masuk dan melihat mereka menjalankan atau tidak proyek-proyek yang diusulkan,” ujar Purbaya.
Sumber: ANTARA