Ntvnews.id, Jakarta - Setelah hampir satu bulan terhenti akibat serangan siber besar-besaran, Jaguar Land Rover (JLR) akan mulai membuka kembali beberapa fasilitas produksinya dalam pekan ini.
Ini menjadi langkah awal pemulihan sejak insiden siber pada 1 September yang memaksa perusahaan menghentikan seluruh operasional pabriknya di berbagai negara.
Melansir Drive, Selasa (7/10/2025), dalam pembaruan resmi yang dirilis pada 29 September, JLR mengumumkan akan memulai proses "pemulihan secara bertahap dan terkontrol", dengan beberapa lini manufaktur dijadwalkan kembali aktif dalam waktu dekat.
Meski sebelumnya produksi direncanakan mulai pulih pada 24 September, laporan dari media Inggris BBC menyebutkan fasilitas di Wolverhampton, Inggris, kemungkinan akan menjadi lokasi pertama yang beroperasi kembali.
Namun, belum ada kepastian kapan seluruh kapasitas produksi JLR dapat pulih sepenuhnya. Selama masa penghentian produksi, perusahaan menghadapi tumpukan pesanan yang belum terpenuhi serta kendala yang melibatkan mitra pengecer pihak ketiga.
Untuk mendukung pemulihan dan menjamin stabilitas rantai pasokan, pemerintah Inggris memberikan dukungan dalam bentuk jaminan pinjaman sebesar £1,5 miliar.
Dana tersebut berasal dari skema Export Development Guarantee (EDG) melalui bank komersial dan dijadwalkan untuk dilunasi dalam jangka waktu lima tahun.
Peter Kyle, Menteri Bisnis dan Perdagangan Inggris, menyampaikan jaminan ini dirancang untuk membantu menopang rantai pasok otomotif dan menjaga keberlangsungan lapangan kerja terampil di wilayah West Midlands, Merseyside, serta wilayah lainnya.
Selama proses pemulihan, JLR terus bekerja sama dengan pakar keamanan siber dan otoritas pemerintah demi memastikan transisi kembali ke operasional normal berlangsung dengan aman.
Meski tujuan utama penutupan total adalah mencegah kebocoran data, JLR mengakui "beberapa data kemungkinan terdampak".
Dalam pernyataannya pada 10 September, perusahaan mengungkap pihaknya telah memberi tahu regulator terkait dan akan menghubungi individu yang datanya berpotensi terpengaruh setelah investigasi forensik selesai dilakukan.
Di tengah sorotan publik atas insiden ini, JLR juga menjadi perbincangan beberapa waktu terakhir karena peluncuran logo barunya yang memicu kontroversi di kalangan masyarakat dan politisi.