Presiden Iran Desak Pemerintah Respons Tuntutan Demonstran di Tengah Tekanan Ekonomi

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 31 Des 2025, 07:20
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Presiden Iran Masoud Pezeshkian saat menghadiri konferensi pers di Teheran, Iran, pada 16 September 2024. Presiden Iran Masoud Pezeshkian saat menghadiri konferensi pers di Teheran, Iran, pada 16 September 2024. (ANTARA)

Ntvnews.id, Taheran - Presiden Iran Masoud Pezeshkian meminta pemerintah agar mendengarkan tuntutan sah para demonstran, seiring aksi protes para pemilik toko yang berlangsung beberapa hari terakhir di Teheran akibat kesulitan ekonomi.

Dilansir dari AFP, Rabu, 31 Dese,ber 2025, para pemilik toko di ibu kota Iran kembali menutup usaha mereka untuk hari kedua berturut-turut pada Senin, 29 Desember 2025 waktu setempat. Aksi ini terjadi setelah mata uang nasional, Rial Iran, yang tengah terpuruk, mencatat rekor terendah baru di pasar tidak resmi.

Nilai tukar dolar Amerika Serikat diperdagangkan di kisaran 1,42 juta Rial Iran pada Minggu, 28 Desember 2025 waktu setempat, melonjak tajam dibandingkan sekitar 820.000 Rial Iran pada periode yang sama tahun lalu.

Foto-foto yang dirilis kantor berita Fars memperlihatkan aparat keamanan menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa. Laporan tersebut menyebut sempat terjadi bentrokan kecil antara demonstran dan pasukan keamanan.

Baca Juga: Polda Jatim Amankan Pelaku Kedua Kasus Pengusiran Nenek Elina

Sebelumnya, polisi antihuru-hara terlihat berjaga di sekitar alun-alun utama Teheran, sementara sebagian toko dan kafe mulai kembali beroperasi.

Dalam kondisi tersebut, Pezeshkian yang kewenangannya berada di bawah Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei menyampaikan pernyataan melalui media sosial.

"Saya telah meminta Menteri Dalam Negeri untuk mendengarkan tuntutan sah para demonstran dengan melakukan dialog dengan perwakilan mereka, sehingga pemerintah dapat melakukan segala daya upaya untuk menyelesaikan masalah dan bertindak secara bertanggung jawab," ujar Pezeshkian.

Selain Pezeshkian, Ketua Parlemen Iran Mohammad Bagher Ghalibaf juga mendorong diambilnya langkah-langkah yang diperlukan yang berfokus pada peningkatan daya beli masyarakat.

Arsip Foto - Rabu, 8 Januari 2020 Bendera Iran yang berada di markas besar PBB di  New York, AS.  <b>((Antara) )</b> Arsip Foto - Rabu, 8 Januari 2020 Bendera Iran yang berada di markas besar PBB di New York, AS. ((Antara) )

"Kekhawatiran dan protes masyarakat mengenai masalah mata pencaharian harus ditanggapi dengan penuh tanggung jawab dan dialog," katanya, seperti dikutip televisi pemerintah Iran.

Menurut kantor berita pro-buruh ILNA, para demonstran menuntut intervensi pemerintah segera untuk mengendalikan fluktuasi nilai tukar dan menetapkan strategi ekonomi yang jelas. Ketidakstabilan harga disebut telah melumpuhkan penjualan barang impor, dengan penjual dan pembeli memilih menunda transaksi hingga situasi lebih pasti.

"Terus melanjutkan bisnis dalam kondisi ini telah menjadi tidak mungkin," ujar seorang demonstran, dikutip ILNA.

Seorang pedagang lokal yang enggan disebutkan namanya mengatakan para pejabat tidak memberi dukungan memadai kepada pemilik toko yang tertekan oleh lonjakan biaya impor.

Baca Juga: Hadapi Protes Massal, Presiden Iran Janjikan Reformasi Ekonomi

"Kami terpaksa melakukan aksi protes. Dengan nilai tukar dolar seperti ini, kami bahkan tidak bisa menjual casing ponsel, dan para pejabat sama sekali tidak peduli bahwa kehidupan kami bergantung pada penjualan ponsel dan aksesorisnya," tuturnya, seperti dikutip harian Etemad.

Sementara itu, Kepala Otoritas Kehakiman Iran Gholamhossein Mohseni Ejei menyerukan hukuman cepat bagi mereka yang bertanggung jawab atas fluktuasi mata uang. Pemerintah juga mengumumkan pergantian Gubernur Bank Sentral, menunjuk Abdolnasser Hemmati, mantan Menteri Ekonomi dan Keuangan untuk posisi tersebut.

Perekonomian Iran yang telah lama tertekan sanksi Barat kian terbebani setelah PBB kembali memberlakukan sanksi internasional terkait program nuklir Teheran pada akhir September. Negara-negara Barat dan Israel menuduh Iran berupaya mengembangkan senjata nuklir, tuduhan yang dibantah oleh pemerintah Iran.

x|close