Program MBG Dinilai Bisa Menjadi Instrumen Pengendali Harga Pangan

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 16 Des 2025, 19:30
thumbnail-author
Naurah Faticha
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Ilustrasi - Petugas tengah memorsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Palmerah, Jakarta Barat, Selasa, 23 September 2025. ANTARA/Risky Syukur/aa. (Antara) Ilustrasi - Petugas tengah memorsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Palmerah, Jakarta Barat, Selasa, 23 September 2025. ANTARA/Risky Syukur/aa. (Antara)

Ntvnews.id, Jember – Para ahli gizi di setiap Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) diminta lebih kreatif dalam menyusun menu Makan Bergizi Gratis (MBG). Selain memastikan kecukupan kandungan gizi, para ahli gizi juga perlu memahami dinamika harga bahan baku pangan agar dapat memilih bahan yang berkualitas dengan harga terjangkau.

Dengan pendekatan tersebut, Program MBG dinilai berpotensi menjadi instrumen pengendali harga bahan baku pangan di tengah masyarakat.

Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Bidang Komunikasi Publik dan Investigasi, Nanik Sudaryati Deyang, menekankan agar para ahli gizi yang bertugas di dapur-dapur MBG tidak bersikap kaku atau sekadar mengacu pada buku teks. Ia mengingatkan bahwa penggunaan bahan pangan yang sama secara terus-menerus, terutama saat pasokan terbatas, justru dapat memicu kelangkaan dan kenaikan harga.

“Pemakaian terbesar adalah pakcoy, wortel, buncis, kacang, kemudian selada, timun kadang-kadang. Nah kalau anda hanya di situ mengukurnya, hanya text book saja, maka akan terjadi kelangkaan produk-produk tadi dan harganya akan melejit,” kata Nanik saat memberikan pengarahan dalam acara Sosialisasi dan Penguatan Tata Kelola MBG serta Pengawasan dan Pemantauan SPPG di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Minggu, 14 Desember 2025.

Baca Juga: Kepala SPPG Diminta Awasi Langsung Proses Memasak hingga Distribusi MBG

Ketua Pelaksana Harian Tim Koordinasi Kementerian/Lembaga untuk Pelaksanaan Program MBG itu meminta para ahli gizi menghitung dan membandingkan kandungan gizi bahan pangan lain yang setara dengan bahan yang tercantum dalam buku acuan. Ia menilai variasi menu penting agar tidak terjadi penggunaan bahan yang itu-itu saja dalam jumlah besar.

Menurutnya, pemanfaatan bahan pangan secara berulang dan masif dapat mendorong lonjakan harga di pasar, padahal Program MBG seharusnya justru membantu menyeimbangkan kondisi tersebut, termasuk mendukung kesejahteraan petani.

Baca Juga: Kepala BGN Sebut MBG Berperan Stabilkan Harga Pangan di Hadapan Presiden

“Padahal dengan Program MBG, seharusnya nasib petani bisa tertolong. Saat harga kentang turun, petani Wonosobo nangis, petani di Bandung itu nagis, Saya minta ke Pak Sony (Waka BGN Sony Sonjaya), instruksikan seluruh Ka SPPG menggunakan kentang. Pernah kan? Nah, akhirnya harga kentang bisa naik. Sebaliknya kalau anda lihat harga di pasar sudah tinggi, tinggalkan. Pakai produk yang lain, supaya harga itu tidak terus tinggi,” kata Nanik.

Ia menambahkan, salah satu misi utama Program MBG adalah membantu mengendalikan harga bahan baku pangan di pasaran. Jika harga tidak terkendali, menurutnya, kondisi tersebut berpotensi memicu inflasi.

“Ahli Gizi, tolong diperhatikan, ya… Kita punya misi untuk menstabilkan harga komonnditas, agar tidak melejit dan juga agar tidak terlalu jatuh,” ujar Nanik.

x|close