Ntvnews.id, Jakarta - Perluasan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) terus melaju berkat dukungan kuat dari sumber daya manusia serta jaringan kemitraan lokal yang menjangkau wilayah perkotaan hingga pelosok. Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menegaskan bahwa percepatan layanan MBG bersandar pada tiga elemen penting, salah satunya keberadaan SDM terlatih yang tersebar di seluruh Indonesia.
Dadan menyampaikan bahwa tiga komponen utama penyelenggaraan MBG meliputi anggaran, SDM, dan infrastruktur. Pendanaan program sudah dijamin langsung oleh Presiden, sehingga seluruh kegiatan intervensi gizi dapat dijalankan tanpa kendala berarti. Meski demikian, pendorong utama keberhasilan program justru terletak pada kualitas SDM serta kolaborasi dengan masyarakat.
Saat ini BGN memiliki sekitar 33.000 tenaga yang ditempatkan di tingkat provinsi, kabupaten, dan kecamatan. Mereka adalah lulusan perguruan tinggi yang mengikuti program Sarjana Penggerak Pemenuhan Gizi Indonesia dan mengemban tugas sebagai kepala SPPG.
Selain itu, setiap SPPG wajib memiliki tenaga ahli gizi dari masyarakat setempat, ditambah staf keuangan yang bertanggung jawab mengelola alur pendanaan harian.
Baca Juga: BGN Gerak Cepat Pulihkan Operasional SPPG Terdampak Bencana di Kabupaten Bireun
“Keberadaan mereka memastikan kualitas layanan tetap konsisten, karena menu disusun berdasarkan komposisi gizi yang sesuai kebutuhan wilayah masing-masing,” ujar Dadan.
Kemitraan juga menjadi faktor kunci. Lewat portal mitra BGN—yang saat ini sudah ditutup—ribuan pihak swasta mendaftarkan diri untuk membangun infrastruktur SPPG secara mandiri. Para mitra turut bertugas menyeleksi relawan serta tenaga dapur. Untuk wilayah aglomerasi, jumlah personel di tiap SPPG bahkan dapat mencapai 47 orang.
Hingga kini telah beroperasi 16.630 SPPG, ditambah 14.700 calon SPPG yang segera berjalan. Jika seluruhnya aktif, Indonesia akan mengoperasikan lebih dari 30.000 SPPG, menjadikan MBG sebagai ekosistem layanan gizi terbesar di Asia.
“Kami hanya menetapkan standar teknis dan pedoman. Semua pihak mematuhi garis besar itu, sehingga perluasan layanan berlangsung cepat dan tetap terukur,” jelas Dadan.
Perkembangan pesat ini menunjukkan bahwa MBG tidak sekadar menjadi program pemenuhan gizi, tetapi telah bertransformasi menjadi gerakan kolaboratif nasional yang menyatukan peran negara dengan keterlibatan publik secara luas.
“Ekosistem yang terbentuk ini adalah anugerah besar. Seluruh elemen bergerak serempak untuk memastikan setiap anak Indonesia memperoleh asupan gizi yang layak,” tutupnya.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana melaporan sebanyak 5.235 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) telah beroperasioanl di 38 provinsi, 502 kabupaten, dan 4.770 kecamatan.