Ntvnews.id, Washington D.C - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Rabu, 3 Desember 2025 menyatakan bahwa arah pembicaraan perdamaian mengenai Ukraina masih belum dapat dipastikan, setelah pertemuan yang ia gambarkan sebagai “cukup baik” antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan utusan AS.
Sebelumnya, Kremlin menyebut bahwa Putin menerima sebagian dari proposal yang diajukan AS untuk mengakhiri perang dan menyatakan kesiapan untuk melanjutkan upaya mencari kompromi.
Utusan khusus AS Steve Witkoff bersama penasihat Gedung Putih sekaligus menantu Trump, Jared Kushner, diketahui menghabiskan waktu berjam-jam dalam pertemuan di Kremlin, namun mereka meninggalkan Moskow pada Rabu dini hari tanpa adanya kemajuan berarti menuju penghentian perang.
Saat berbicara kepada wartawan di Oval Office, Trump menjelaskan bahwa Witkoff dan Kushner telah memberikan laporan melalui sambungan telepon dan menyampaikan bahwa Putin “ingin mencapai kesepakatan.” Meski demikian, Trump menegaskan bahwa kelanjutan proses perundingan masih belum jelas.
“Apa yang akan dihasilkan dari pertemuan itu saya belum bisa mengatakan, karena perlu dua pihak untuk menari,” ujar Witkoff.
Ia juga menambahkan: “Kami memiliki sesuatu yang cukup matang dengan Ukraina.”
Seorang pejabat Gedung Putih menyebut bahwa Witkoff dan Kushner dijadwalkan bertemu pejabat Ukraina di Miami pada Kamis.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov membantah anggapan bahwa Putin menolak seluruh proposal AS.
Baca Juga: Trump: Putin Ingin Akhiri Perang Ukraina dan Siap Cari Kesepakatan
“Untuk pertama kalinya terjadi pertukaran pandangan secara langsung,” kata Peskov. “Beberapa hal diterima, beberapa dianggap tidak dapat diterima. Ini adalah proses kerja yang normal untuk menemukan kompromi.”
Seorang penasihat Kremlin juga menuturkan bahwa “kompromi belum ditemukan.”
Respons Ukraina
Mengutip AsiaOne, Kamis, 3 Desember 2025, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pidato malamnya menyampaikan bahwa timnya sedang mempersiapkan pertemuan di Amerika Serikat dan dialog dengan perwakilan Trump akan terus berlanjut.
“Hanya dengan mempertimbangkan kepentingan Ukraina, perdamaian yang bermartabat dapat tercapai,” ujar Zelensky.
Arsip foto - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Minggu, 10 Agustus 2025. (ANTARA)
Negosiasi berlangsung di tengah keadaan sulit bagi Kyiv. Pasukan Ukraina tengah kehilangan wilayah di garis timur, sementara negara itu menghadapi skandal korupsi terbesar sejak perang dimulai. Kepala staf Zelensky, yang memimpin delegasi Ukraina dalam pembicaraan damai, mundur pada Jumat setelah rumahnya digeledah penyelidik antikorupsi.
Dua menteri kabinet diberhentikan, dan seorang mantan mitra bisnis Zelensky ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tersebut.
Peskov mengatakan bahwa Rusia menghargai upaya Trump, namun Kremlin tidak akan merinci isi pembicaraan dengan Amerika Serikat karena publikasi yang berlebihan dianggap tidak produktif.
“Pekerjaan sedang berlangsung di tingkat pakar,” ujarnya. “Di tingkat itulah hasil tertentu harus dicapai sebelum menjadi dasar kontak tingkat tinggi.”
Dokumen Proposal Perdamaian Masih Dirahasiakan
Ilustrasi pertemuan Trump-Putin. ANTARA/Anadolu/py (Antara)
Sebulan sebelumnya, bocoran 28 rancangan proposal perdamaian AS mencuat dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pejabat Ukraina serta negara-negara Eropa, yang menilai bahwa rancangan tersebut terlalu mengakomodasi kepentingan Moskow.
Menanggapi hal itu, negara-negara Eropa menyusun proposal tandingan, dan dalam pembicaraan di Jenewa, AS dan Ukraina menyebut telah menghasilkan kerangka perdamaian yang telah diperbarui.
Putin pada Selasa menuduh kekuatan Eropa mencoba menggagalkan proses perundingan dengan mengajukan gagasan yang menurutnya “sama sekali tidak dapat diterima” oleh Rusia.
Penasihat kebijakan luar negeri Putin, Yuri Ushakov, menjelaskan bahwa setelah pertemuan dengan Witkoff, Moskow menerima 27 poin proposal serta empat dokumen tambahan sebagai dasar diskusi.
Putin pekan lalu mengungkapkan bahwa AS dan Ukraina telah membagi proposal awal menjadi empat komponen, namun hingga kini belum ada penjelasan detail mengenai isi masing-masing dokumen tersebut.
Pertemuan Presiden Donald Trump dan Presiden Vladimir Putin akan berlangsung pada Jumat, 15 Agustus 2025, di Alaska. (Foto: Reuters)