WMO: Asia Selatan dan Tenggara Hadapi Ancaman Banjir Terburuk Akibat Monsun dan Siklon

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 3 Des 2025, 16:45
thumbnail-author
Naurah Faticha
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Warga berjalan melewati banjir setelah hujan deras di Medan, Sumatera Utara, Indonesia, 27 November 2025. ANTARA/Xinhua/Saddam Warga berjalan melewati banjir setelah hujan deras di Medan, Sumatera Utara, Indonesia, 27 November 2025. ANTARA/Xinhua/Saddam (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Hujan monsun dan siklon tropis kembali memicu banjir parah di sejumlah negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) memperingatkan bahwa bencana ini telah mengakibatkan ratusan korban jiwa, memaksa warga mengungsi, dan memicu gangguan ekonomi yang sangat serius.

Dalam konferensi pers PBB di Jenewa, Swiss, Selasa, 2 Desember 2025, pejabat WMO Clare Nullis menyampaikan bahwa Indonesia, Filipina, Thailand, Vietnam, dan Sri Lanka menjadi negara yang terdampak paling berat akibat hujan deras yang berkaitan dengan musim monsun serta badai tropis.

Nullis menjelaskan bahwa banjir masih menjadi ancaman signifikan di kawasan tersebut, dan tren kenaikan suhu global semakin meningkatkan potensi munculnya hujan ekstrem.

“Banjir masih menjadi salah satu ancaman utama di kawasan tersebut, dan kenaikan suhu semakin meningkatkan kemungkinan terjadinya hujan lebat yang lebih intens,” ujarnya.

Di Sumatra, laporan otoritas nasional menyebutkan lebih dari 600 orang meninggal dan lebih dari 460 orang hilang, dengan jumlah warga terdampak melampaui 1,5 juta orang.

Baca Juga: Raja Charles III Sampaikan Belasungkawa Atas Banjir di Asia, Termasuk Indonesia

Di Vietnam, hujan tak kunjung mereda selama beberapa pekan. Sejumlah area menerima curah hujan lebih dari 1.000 milimeter, mengakibatkan kerusakan berat pada situs bersejarah hingga destinasi wisata. Stasiun meteorologi di Hue City mencatat curah hujan sebesar 1.739,6 milimeter hanya dalam 24 jam pada akhir Oktober, memecahkan rekor nasional dan berpotensi menjadi curah hujan 24 jam tertinggi kedua yang pernah dicatat di Asia maupun belahan bumi utara. Vietnam juga mencatat 98 korban tewas dan 10 orang hilang.

Baca Juga: Korban Banjir dan Longsor di Asia Tembus 1.000 Jiwa

Filipina masih berada dalam fase pemulihan dari badai tropis sebelumnya, namun kini kembali dipukul oleh badai baru. Sementara itu, Sri Lanka melaporkan hampir satu juta warga terdampak, dengan lebih dari 400 orang tewas atau hilang setelah Badai Siklon Ditwah memicu banjir dan tanah longsor yang dianggap sebagai salah satu yang terburuk dalam sejarah negara tersebut. Pemerintah Sri Lanka bahkan telah menyatakan status bencana nasional mengingat tingkat keparahan bencana yang belum pernah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

Perwakilan UNICEF Ricardo Pires mengungkapkan bahwa lebih dari 275.000 anak terkena dampak Siklon Ditwah.

“Karena banyak wilayah masih sulit dijangkau, angka yang sesungguhnya mungkin lebih besar,” tambah Pires.

Nullis menegaskan bahwa bencana ini menyoroti kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kemampuan mitigasi regional. Ia menekankan perlunya penguatan sistem prediksi cuaca, peningkatan kapasitas penanggulangan bencana, serta berbagi data meteorologi lintas negara. Nullis menyampaikan bahwa kawasan Asia-Pasifik kini menghadapi aktivitas topan paling intens di dunia, dan “tidak ada satu pun lembaga atau negara yang dapat menangani siklon tropis atau perubahan iklim sendirian.”

(Sumber: Antara) 

x|close