Komandan Satuan Siber TNI AU di SUSEC 2025 Tekankan Zero Trust dan Integrasi Pertahanan Nasional

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 26 Nov 2025, 14:44
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Komandan Satuan Siber TNI Angkatan Udara, I Ketut S. Wahyu Wijaya Komandan Satuan Siber TNI Angkatan Udara, I Ketut S. Wahyu Wijaya (NTVnews.id)

Ntvnews.id, Jakarta - Komandan Satuan Siber TNI Angkatan Udara, I Ketut S. Wahyu Wijaya, menegaskan pentingnya penguatan pertahanan siber nasional melalui konsep Zero Trust dan integrasi lintas instansi. Hal itu ia sampaikan dalam sambutannya pada Seminar Superb Security Conference (SUSEC) 2025 di Jakarta, Rabu, 26 November 2025 yang mengangkat tema "Intelligent Integrated Security Based on Zero Trust."

Dalam pidatonya, ia menekankan bahwa pertemuan tersebut memiliki tujuan strategis di tengah eskalasi ancaman siber global.

"Pada hari ini kita berkumpul untuk sebuah tujuan yang sangat penting yaitu membahas tema Intelligent Integrated Security Based on Zero Trust." ujarnya.

Baca Juga: Bukan Manusia, BSSN Bongkar Ancaman Siber Ternyata AI

Ia menjelaskan bahwa pembangunan pertahanan digital Indonesia harus mengikuti pendekatan keamanan modern yang tidak lagi memberikan kepercayaan akses secara otomatis.

"Hari ini kita sedang membangun pertahanan cyber yang lebih cerdas, terintegrasi, dan tidak memberikan kepercayaan secara otomatis kepada siapapun. Ini adalah yang menjadi topik kita hari ini." ujarnya.

Komandan Satuan Siber TNI AU di SUSEC 2025 <b>(NTVnews.id)</b> Komandan Satuan Siber TNI AU di SUSEC 2025 (NTVnews.id)

Ketut memaparkan bahwa ekosistem digital berkembang sangat cepat, sementara postur keamanan nasional menghadapi tekanan berat.

"Landscape pertumbuhan digital ini semakin intens, sehingga postur keamanan cyber nasional berada dalam tekanan." jelasnya.

Ia mengungkapkan bahwa pada 2024 terjadi lonjakan besar serangan siber yang bahkan menyasar pemerintah, BUMN hingga swasta. Beberapa insiden internasional juga menjadi sorotan.

"Yang pertama, terjadi lonjakan serangan cyber yang sangat besar dan meningkat dari tahun ke tahun, bahkan mulai menyasar ke intansi pemerintah, infrastruktur nasional, serta BUMN dan swasta. Ini terjadi di tahun 2024. Dan seperti yang kita ketahui, bulan September lalu terjadi serangan cyber yang melumpuhkan airport di Eropa." jelasnya.

Baca Juga: BSSN Ungkap Lonjakan Ancaman Siber, Sebut Anomali Trafic Nasional Sebesar 8,1 Miliar dalam 5 Tahun Kebelakang

"Dan kebetulan terjadi saat Perang Ukraina, ini September 2025. Lalu di bulan Juli 2022 juga terjadi serangan cyber pada satelit Viasat yang melumpuhkan sistem internet di Ukraina, lalu sampai turbin angin di Jerman, dan kejadian serangan 2022 dan 2025 ini, dua-duanya dilakukan oleh aktor yang sama." imbuhnya.

Ketut menjelaskan ancaman siber kini dilakukan oleh aktor berkategori tinggi dengan kemampuan teknis kompleks.

"Kedua, lawan yang kita hadapi semakin canggih. Kita berhadapan dengan ransomware, advanced phishing, kebocoran data bersekala besar, hingga advanced persistent threat. Ancaman ini dilakukan oleh aktor terorganisir, baik yang berbasis negara maupun non-state actor." kata Ketut.

Ia menilai bahwa Indonesia berada di jalur risiko karena lokasi wilayah yang dilintasi jalur geopolitik strategis.

"Mungkin kalau kita lihat nanti ke depannya apa yang mungkin menyerang di Indonesia, yang paling mungkin yang dari state atau non-state adalah yang tidak dapat kita hindari, kebetulan memang ada hotspot yang sedang terjadi di wilayah Asia. Yaitu ada di menanjung Korea, lalu di selat Taiwan, dan juga di laut Cina Selatan. Dan aktor-aktornya kita sudah tahu, dan tumpahan impactnya juga pasti akan mencapai Indonesia, itu tidak bisa dihindari." ucapnya.

"Karena kita dilintasi, ada Alki 1, Alki 2, Alki 3, dan menjadi perlintasan untuk yang daerah konflik tadi adalah pada Alki 1 dan Alki 2." tambahnya.

Menurutnya, tantangan terbesar berikutnya adalah masih adanya kesenjangan kemampuan pertahanan digital nasional.

"Yang ketiga, kesenjangan pertahanan masih terlihat. Kita harus meningkatkan kemampuan deteksi dini, mempercepat respon, serta memperkuat sumber daya manusia dan sistem operasi di seluruh institusi. Maka hal mendesak yang harus kita siapkan adalah kita harus melakukan integrasi pertahanan cybernasional, sehingga dengan integrasi pertahanan cybernasional itu, dimana tiap sektor dapat berbagi informasi intelijen dan memperkuat satu sama lain secara real time." tegasnya

Ia menegaskan bahwa Zero Trust harus menjadi pondasi pertahanan Indonesia ke depan.

"Kita harus menerapkan Zero Trust sebagai fondasi menghadapi kemungkinan perluasan serangan. Karena prinsip Zero Trust ini adalah kita jangan pernah memberikan kepercayaan secara penuh dan memverifikasi setiap permintaan akses." paparnya

Ketut menegaskan bahwa pertahanan siber adalah pertahanan negara, yang hanya mungkin kuat jika dibangun bersama.

"TNI meyakini bahwa pertahanan cyber adalah bagian dari pertahanan negara dan hanya dapat terwujud jika dijalankan secara kolektif, sehingga forum ini menjadi momentum untuk memperbuat kolaborasi kita, sehingga juga kita mengharapkan adanya kemitaran dalam melaksanakan transfer of technology." jelasnya.

Ia menyampaikan apresiasi terhadap berbagai mitra strategis yang berkontribusi pada pengembangan keamanan digital nasional.

"Untuk itu, kami sangat memberdaya ada penstrategis dari PT Sucofindo, yang menjadi mitra utama kita dalam cyber security assessment dan juga menjadi konsultan kita dalam hal pertahanan cyber negara. Juga terima kasih untuk mitra kita juga yang dari delegasi Korea, dari KISA, Elsewhere, X-Gate, Waterwall, dan Peoling, sehingga dengan adanya mitra strategis ini kita dapat meningkatkan kemampuan pertahanan cyber kita." katanya.

Ia mengajak seluruh pihak memperkuat kolaborasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi keamanan siber.

"Hadirin sekalian, maka marilah kita jadikan pertemuan ini sebagai momentum untuk memperdalam kerjasama operasional, serta membuang kolaborasi dalam hal penelitian, serta pengembangan research and development kedepannya." pungkasnya.

x|close