Ntvnews.id, Istanbul - Kasus batuk rejan (pertusis) di Amerika Serikat dilaporkan telah melampaui 25.000 sepanjang tahun ini, berdasarkan data terbaru Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). Jumlah tersebut kembali menunjukkan peningkatan signifikan dan menjadi tahun kedua berturut-turut angka infeksi berada di atas tingkat normal.
Pada periode yang sama tahun sebelumnya, lebih dari 33.000 kasus pertusis tercatat di AS. Laporan CDC juga menunjukkan bahwa jumlah infeksi saat ini jauh melebihi tingkat pra-pandemi, ketika sekitar 18.600 kasus dilaporkan pada 2019.
Bayi tercatat sebagai kelompok paling berisiko terkena penyakit yang sangat mudah menular ini. Negara bagian Washington dan Louisiana bahkan melaporkan kematian bayi akibat pertusis pada awal tahun.
Baca Juga: 7 Tips Efektif Mencegah Batuk Pilek pada Anak di Musim Hujan
Baca Juga: Penyebab Batuk Tak Kunjung Sembuh dan Cara Mengatasinya
Washington mencatat kematian pertama terkait pertusis sejak 2011 pada Februari lalu. Sementara itu, Louisiana yang sebelumnya melaporkan kematian terakhir pada 2018, mencatat dua kematian bayi dalam enam bulan terakhir.
CDC menjelaskan bahwa batuk rejan disebabkan bakteri Bordetella pertussis, yang menempel pada silia di saluran pernapasan bagian atas. Bakteri tersebut kemudian melepaskan racun yang merusak struktur mirip rambut itu, sehingga memicu pembengkakan pada saluran pernapasan.
(Sumber: Antara)
Ilustrasi - Seorang pria menderita batuk. ANTARA/Shutterstock/pri. (Antara)