Ntvnews.id, Seoul - Presiden Korea Selatan Lee Jae-myung menyampaikan, bahwa penyatuan kembali atau reunifikasi dengan Korea Utara tetap menjadi tujuan utama sekaligus kewajiban konstitusional bagi Korea Selatan. Ia menegaskan bahwa upaya tersebut akan ditempuh melalui dialog, bukan melalui tindakan sepihak. Pernyataan ini ia sampaikan dalam KTT G20 yang berlangsung di Johannesburg, Afrika Selatan.
"Reunifikasi tetap menjadi tujuan utama kami dan bukan hanya cita-cita, tetapi kewajiban konstitusional. Pemerintah kami, tidak akan mengejar penyatuan kembali melalui pendekatan unilateral,” ujar Lee, seperti dikutip koreajoongangdaily, Senin, 24 November 2025.
Lee menjelaskan bahwa pemerintah Korea Selatan berupaya mencapai reunifikasi secara bertahap melalui koeksistensi damai dan pembangunan bersama, mencerminkan aspirasi demokratis seluruh rakyat di Semenanjung Korea.
Baca Juga: Prabowo dan Lee Jae Myung Sepakat Perkuat Kerja Sama Ekonomi hingga Pertahanan RI-Korsel
Sejak resmi menjabat pada Juni lalu, Lee telah menyampaikan komitmennya untuk melanjutkan dialog dengan Korea Utara, sembari menghormati sistem politik Pyongyang dan tidak menargetkan penyatuan melalui penyerapan. Ia menegaskan bahwa komunikasi dengan Korea Utara menjadi prioritas utama, terlebih karena jalur komunikasi antar-Korea masih terputus.
Lee juga menyebutkan bahwa Seoul telah berkoordinasi dengan Trump untuk memainkan peran sebagai mediator, serta menawarkan dukungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Korea Utara.
Selain itu, Lee kembali menegaskan komitmen Korea Selatan terhadap Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan menyoroti pentingnya pencegahan yang diperluas bersama Amerika Serikat, termasuk komitmen Washington untuk menggunakan kekuatan militernya, bahkan kekuatan nuklir jika diperlukan.
Lee Jae-myung, mantan pemimpin Partai Demokrat, oposisi utama Korea Selatan. (Antara)
Menanggapi meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, Lee menekankan pentingnya menjaga hubungan yang stabil dengan Tiongkok, mitra dagang terbesar Korea Selatan, serta memperingatkan potensi meningkatnya perlombaan senjata di kawasan Asia Timur Laut.
Dalam hal hubungan dengan Turki, Lee menegaskan bahwa Korea Selatan akan memperdalam kerja sama di bidang pertahanan dan energi nuklir sebagai bagian dari upaya memperkuat kemitraan strategis kedua negara.
Baca Juga: Lee Jae-Myung Diproyeksi Menang Pilpres Korea Selatan
Ia menyoroti keunggulan Korea Selatan dalam teknologi tank, artileri, dan angkatan laut, sementara Turki unggul dalam teknologi drone kombinasi yang menurutnya menghadirkan peluang besar untuk proyek pertahanan bersama.
Sebagai contoh, Lee merujuk pada program Tank Tempur Utama (MBT) Altay milik Turki yang menggunakan mesin buatan Korea Selatan sebagai ilustrasi kuatnya hubungan pertahanan bilateral, dan ia menyampaikan harapan untuk memperluas kolaborasi dalam produksi bersama, kemitraan teknologi, serta pelatihan personel.
Lee juga menambahkan bahwa diskusi masih berlangsung mengenai kemungkinan keterlibatan Korea Selatan dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Sinop di pesisir Laut Hitam Turki, serta peluang kerja sama dalam pengembangan reaktor modular kecil.
Lee Jae-myung (BBC)